BRIN Gali Potensi Rumput Laut untuk Pengembangan Pengobatan Modern

Reading time: 2 menit
BRIN menggali potensi rumput laut untuk pengembangan pengobatan modern. Foto: BRIN
BRIN menggali potensi rumput laut untuk pengembangan pengobatan modern. Foto: BRIN

Jakarta (Greeners) – Indonesia tengah membuka babak baru dalam pemanfaatan kekayaan laut sebagai sumber bahan baku obat. Salah satunya adalah potensi rumput laut sebagai bahan pengobatan modern.

Kepala Pusat Riset Bahan Baku Obat dan Obat Tradisional (PRBBOT) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Sofa Fajriah, menyoroti pentingnya dalam mengoptimalkan potensi laut Indonesia. Hal itu bisa menjadi sumber bahan aktif alami untuk kebutuhan farmasi, nutraseutikal, dan pengobatan modern.

“Potensi ini besar, tapi belum tergali maksimal. Perlu riset lebih dalam dan sinergi antarpemangku kepentingan,” kata Sofa dalam Webinar Bincang Riset Seri 3.

Di samping itu, Indonesia juga memiliki lebih dari 800 spesies rumput laut. Namun, hanya 55 jenis yang termanfaatkan secara komersial, dan itu pun masih terbatas untuk industri pangan dan kosmetik. Menurut Periset Ahli Utama PRBBOT BRIN, Dedi Noviendri potensi untuk farmasinya pun masih belum tergarap.

BACA JUGA: KKP Optimistis Tingkatkan Produksi Pembudidaya Rumput Laut

Data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebutkan, produksi rumput laut Indonesia pada 2024 mencapai 8,2 juta ton. Sayangnya, sebagian besar hasil panen langsung dijual dalam bentuk kering ke luar negeri tanpa pengolahan lanjutan.

“Ini kerugian besar secara ekonomi dan ilmiah. Kita kehilangan kesempatan untuk mengolahnya menjadi bahan aktif bernilai tinggi,” jelas Dedi.

Rumput Laut Simpan Metabolit Sekunder

Dedi menambahkan rumput laut menyimpan berbagai metabolit sekunder seperti polisakarida sulfat, alkaloid, flavonoid, dan polifenol yang memiliki aktivitas biologis luas. “Senyawa ini terbukti memiliki efek antioksidan, antikanker, antimikroba, antidiabetes, hingga antivirus,” lanjut Dedi.

Beberapa spesies rumput laut yang menonjol secara farmakologis antara lain Sargassum polycystum, Gracilaria sp., dan Eucheuma cottonii. Riset terbaru menunjukkan bahwa ekstrak dari ketiga spesies tersebut memiliki aktivitas imunostimulan dan berpotensi menurunkan risiko penyakit degeneratif secara signifikan.

BACA JUGA: Indonesia Berpotensi Jadi Pemimpin Global Industri Rumput Laut

Dalam pendekatan risetnya, tim PRBBOT BRIN menerapkan strategi bioprospeksi berbasis sains, mulai dari koleksi spesimen laut, isolasi senyawa aktif, karakterisasi struktur kimia, hingga uji bioaktivitas in vitro dan in vivo. Proses ini diperkuat dengan platform untargeted metabolomics untuk memahami profil kimia secara menyeluruh.

Indonesia Belum Eksplorasi Kekayaan Laut

Sementara itu, menurut Kepala Organisasi Riset Kesehatan BRIN Indi Dharmayanti, posisi Indonesia sebagai negara megabiodiversitas yang belum sepenuhnya mengeksplorasi kekayaan lautnya.

“Dengan lebih dari 17 ribu pulau dan garis pantai terpanjang kedua di dunia, kita memiliki laboratorium hayati yang luar biasa. Dari spons, rumput laut, hingga mikroorganisme laut, semuanya menyimpan senyawa bioaktif yang berpotensi sebagai agen terapi masa depan,” ucapnya.

Indi juga menekankan pentingnya pendekatan riset yang menjunjung tinggi prinsip keberlanjutan dan etika eksplorasi sumber daya hayati.  “Kita tidak hanya berbicara soal penemuan senyawa baru, tetapi juga bagaimana menjamin bahwa eksplorasi berlangsung secara bertanggung jawab tanpa merusak ekosistem laut,” tambahnya.

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top