KKP Optimistis Tingkatkan Produksi Pembudidaya Rumput Laut

Reading time: 3 menit
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meresmikan modeling budidaya rumput laut. Foto: KKP
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meresmikan modeling budidaya rumput laut. Foto: KKP

Jakarta (Greeners) – Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meresmikan modeling budidaya rumput laut. Budidaya tersebut seluas 51,25 Hektare (Ha) di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Program ini bagian dari strategi membangun industri hilir rumput laut nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pembudidaya.

“Sesuai petunjuk bapak presiden, kami ingin melakukan hilirisasi karena rumput laut kita produksinya nomor dua di dunia, tetapi kita belum bisa mendapat manfaat yang besar dari sini,” ungkap Menteri Trenggono melalui keterangan rilisnya.

Merujuk data FAO 2022, Indonesia adalah negara produsen rumput laut terbesar kedua di dunia dengan volume produksi 9,6 juta ton. Produsen utama adalah China sebesar 20,8 juta ton. Namun, rumput laut belum termanfaatkan secara maksimal. Sehingga, Indonesia belum menjadi negara eksportir produk hilir rumput laut dunia.

BACA JUGA: KKP Dorong Penerapan Zero Waste pada Produk Perikanan

Dengan demikian, kata Menteri Trenggono, Wakatobi menjadi salah satu modeling budidaya rumput laut dari empat daerah lainnya. Di antaranya Maluku Tenggara, Rote Ndao, Buleleng, dan Lombok Timur.

“Program modeling budidaya rumput laut menerapkan pengelolaan berbasis kawasan yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Lewat strategi ini, produksi di hulu dapat meningkat dan berjalan berkesinambungan dengan hasil panen berkualitas,” jelasnya.

Fasilitas yang KKP siapkan ialah mendorong produktivitas di hulu mulai dari unit produksi bibit rumput laut (UPBRL) kultur jaringan. Ada juga fasilitas kebun starter rumput laut, hingga menyiapkan perahu ketinting sebagai sarana transportasi pembudidaya saat beraktivitas. Sementara, di sisi hilir, KKP tengah menyiapkan fasilitas untuk kegiatan usaha pengolahan.

“Saya tadi melihat langsung proses kultur jaringan, mulai dari penyiapan media hingga menghasilkan bibit rumput laut yang berkualitas dan siap tanam di laut,” akunya.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meresmikan modeling budidaya rumput laut. Foto: KKP

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meresmikan modeling budidaya rumput laut. Foto: KKP

Masyarakat Terlibat sebagai Pelaku Utama Produksi

Menteri Trenggono menambahkan, pelaksanaan program modeling rumput laut melibatkan masyarakat sebagai pelaku utama produksi. Dengan demikian, program ini sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pembudidaya.

“Kami ingin masyarakat di sini menjadi masyarakat produksi, artinya mereka menjadi komponen produksi yang kuat yang kemudian bisa sejahtera dari kegiatan produksi budidayanya. Kemudian, hasil panen itu bergeser ke proses nilai tambah berikutnya, masuk ke industri untuk kepentingan berbagai macam. Seperti bahan baku farmasi, makanan, dan seterusnya,” beber Menteri Trenggono.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meresmikan modeling budidaya rumput laut. Foto: KKP

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meresmikan modeling budidaya rumput laut. Foto: KKP

Biaya Investasi Mencapai Rp5,6 Miliar

Sementara itu, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Tb Haeru Rahayu menjelaskan modeling budidaya rumput laut Wakatobi dibangun seluas 51,25 Ha. Dengan rincian 45 Ha di antaranya sebagai lokasi budidaya rumput laut atau pembesaran. Biaya investasi berupa pembangunan sarana prasana mencapai Rp5,6 miliar.

BACA JUGA: KKP Jaga Kawasan Konservasi melalui Penamaan Rupabumi

Perkiraan produktivitas rumput laut basah dari lokasi modeling mencapai 7.200 ton per tahun, dengan biaya produksi Rp7,5 miliar. Perhitungan tersebut berdasarkan jumlah penanaman bibit sebanyak 4 ton per hektare per siklus selama 45 hari.

Sementara, nilai produksi rumput laut dari modeling Wakatobi bisa di angka Rp14,4 miliar dengan asumsi harga jual rumput laut kering Rp20 ribu per kilogram. Sehingga, keuntungan bersih per tahun sebesar Rp6,9 miliar.

Gunakan Material Batok Kelapa sebagai Pelampung

Hal menarik lainnya, modeling rumput laut di Wakatobi menggunakan material batok kelapa sebagai pelampung. Batok kelapa lebih ramah lingkungan daripada botol kemasan seperti yang digunakan selama ini oleh pembudidaya di Wakatobi.

Inovasi tersebut telah diuji coba di Akademi Komunitas Kelautan dan Perikanan (AKKP) Wakatobi. Pelampung batok kelapa memiliki daya tahan sekitar 3 bulan.

“KKP berharap pada Pemerintah Daerah Wakatobi untuk bisa melakukan pengawalan serta pembinaan. Pengelolaan modeling budidaya rumput laut ini akan dilaksanakan oleh koperasi dan kelompok, juga didukung oleh Masyarakat Hukum Adat,” tegas Tebe.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top