Jakarta (Greeners) – Salah satu spesies bunga langka, Rafflesia hasseltii, ditemukan di hutan Sumatra, tepatnya di kawasan Hiring Batang Sumi, Kabupaten Sijunjung, Sumatra Barat. Penemuan ini kembali menunjukkan betapa kayanya keanekaragaman hayati Indonesia.
Spesies tersebut merupakan penemuan beberapa orang dalam satu tim. Di antaranya Chris Thorogood (Universitas Oxford Botanic Garden and Arboretum), Joko Witono (Badan Riset dan Inovasi Nasional), Septi Andriki (Pegiat konservasi dan pemerhati puspa langka), dan Iswandi (Lembaga Pengelola Hutan Nagari Sumpur Kudus).
Temuan ini menjadi bagian dari riset kolaboratif dalam proyek “The First Regional Pan-Phylogeny for Rafflesia”. Riset tersebut bertujuan merekonstruksi hubungan filogenetik seluruh jenis Rafflesia di Asia Tenggara.
Sebelumnya, BRIN bersama mitra internasional juga melakukan survei di Bengkulu dan Sumatra Barat. Di daerah Sijunjung, Sumatra Barat, tim berhasil mendokumentasikan bunga Rafflesia hasseltii yang tengah mekar di kawasan hutan yang masyarakat kelola melalui Lembaga Pengelola Hutan Nagari.
BACA JUGA: Penemuan Spesies Baru Dorong Peneliti Gali Keanekaragaman Hayati
“Habitat bunga ini bukan di kawasan konservasi, melainkan di hutan kelolaan Nagari (desa). Ini menjadi catatan penting bagi upaya konservasi ke depan,” ujar Joko dalam wawancaranya bersama tim Komunikasi Publik BRIN, Minggu (23/11).
Ia menjelaskan, banyak populasi Rafflesia tumbuh di luar kawasan konservasi. Bahkan, ada juga yang tumbuh di lahan masyarakat seperti kawasan yang berdekatan atau berada dalam kebun kopi dan sawit.
“Ini menunjukkan pentingnya pendekatan konservasi berbasis masyarakat. Jika tidak disertai edukasi yang baik, keberadaan Rafflesia bisa terancam hilang akibat aktivitas manusia,” ungkapnya.
Menurut Joko, riset ini juga menegaskan posisi Indonesia sebagai negara dengan keanekaragaman Rafflesia tertinggi di dunia, bersama Filipina. Hingga kini, tercatat ada 16 jenis Rafflesia di Indonesia, dan tim BRIN telah berhasil mengumpulkan 13 sampel untuk analisis DNA.
“Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya kami memahami hubungan kekerabatan genetik antarjenis Rafflesia dan memastikan konservasinya di habitat asli,” tambah Joko.
Tantangan Riset Rafflesia
Dalam penelitian kolaboratif ini, para peneliti menggunakan pendekatan Whole Genome Sequencing (WGS) untuk memetakan keseluruhan gen Rafflesia. “Selama ini, penelitian DNA Rafflesia hanya meliputi potongan gen kecil sepanjang 500–1500 base pair. Dalam penelitian ini, kami memetakan jutaan pasangan basa untuk mendapatkan gambaran utuh genom Rafflesia,” paparnya.
Joko berharap metode tersebut mampu mengidentifikasi kemungkinan adanya spesies baru di Indonesia. Menurutnya, dengan adanya perbedaan signifikan pada data WGS spesies Rafflesia tertentu di Nusantara dapat menjadi indikasinya spesies baru. Hal ini akan menjadi fokus penelitian para peneliti.
“Menemukan Rafflesia dalam kondisi bunga mekar atau dalam bentuk knop bukan hal mudah. Butuh informasi akurat dari komunitas lokal agar penelitian tidak sia-sia,” katanya.
Joko juga menyoroti pentingnya dukungan pemerintah dan masyarakat dalam menjaga habitat Rafflesia. Ia mengatakan, pada akhir kegiatan penelitian ini, tim peneliti yang BRIN koordinasikan akan menyusun policy paper atau naskah kebijakan sebagai rekomendasi strategi konservasi Rafflesia nasional.
“Sebagai scientific authority, BRIN bertanggung jawab memberikan dasar ilmiah bagi kebijakan pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia,” tuturnya.
Selain temuan Rafflesia hasseltii, riset ini membuka peluang untuk menemukan jenis-jenis Rafflesia baru yang belum terdokumentasi secara ilmiah. Joko berharap Indonesia bisa menjadi pusat penelitian dan konservasi Rafflesia dunia.
“Dengan kolaborasi internasional dan pendekatan sains yang kuat, kita bisa memastikan bunga langka ini tetap lestari,” ujar Joko.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia











































