Penemuan Spesies Baru Dorong Peneliti Gali Keanekaragaman Hayati

Reading time: 2 menit
KLHK mengumumkan tiga spesies baru tumbuhan dan satwa liar di Indonesia. Foto: KSDA KLHK
KLHK mengumumkan tiga spesies baru tumbuhan dan satwa liar di Indonesia. Foto: KSDA KLHK

Jakarta (Greeners) – Penemuan spesies baru di Indonesia menjadi titik baru bagi peneliti untuk terus bergerak mengeksplorasi dunia konservasi. Penemuan ini juga menjadi bukti adanya wajah explorer muda dalam menggali kenaekaragaman hayati di Indonesia.

Salah satu penemu spesies baru tersebut adalah Reza Saputra, Pengendali Ekosistem Hutan pada Balai Besar KSDA (Konservasi Sumber Daya Alam) Papua Barat. Ia menemukan spesies Bulbophyllum wiratnoi. Menurut Reza, penemuan flora terbaru ini memunculkan penjelajah muda dalam menggali keanekaragaman hayati di Indonesia.

“Kini telah muncul explorer muda, dulu yang eksplorasi orang-orang luar negeri. Mereka lebih suka dan seperti sangat passionate dalam wildlife dan biodiversity Indonesia. Namun, sekarang, harus kita anak-anak Indonesia yang bergerak,” kata Reza kepada Greeners, Senin (28/8).

Penemuan jenis flora Bulbophyllum wiratnoi di Taman Wisata Alam Sorong, Papua Barat Daya menjadi kabar yang menggembirakan bagi Reza, Indonesia, dan juga dunia. Hal ini membuktikan Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati.

Reza menambahkan, pengarusutamaan Kunming-Montreal Global Biodiversity Framework terkait konservasi biodiversitas perlu menjadi perhatian di negara Biodiversitas seperti Indonesia.

“Penemuan baru seperti ini diharapkan dapat mendorong banyak pihak untuk memikirkan pembangunan berkelanjutan tanpa merusak ekosistem atau mengganggu flora dan fauna asli,” ungkapnya.

Peneliti Lewati Proses Panjang

Para peneliti telah melalui proses panjang dalam menemukan jenis spesies baru. Mereka pun telah memakan waktu bertahun-tahun untuk bisa mempublikasikan penemuan spesies flora dan fauna terbarunya.

Reza pun merasakan proses panjang tersebut. Ia mengatakan, penemuan spesies flora Bulbophyllum wiratnoi justru bukan diawali dengan tujuan mencari jenis tumbuhan baru. Ia menemukan tumbuhan itu saat mendata tumbuhan di Taman Wisata Alam Sorong, Papua Barat Daya.

mengumumkan tiga spesies baru tumbuhan dan satwa liar di Indonesia. Foto: KSDA KLHK

KLHK mengumumkan tiga spesies baru tumbuhan dan satwa liar di Indonesia. Foto: KSDA KLHK

“Kami mendata keseluruhan potensi anggrek di TWA Sorong sebanyak 95 jenis. Ketika di perjalanan, kami menemukan spesies baru. Jadi, sederhananya untuk database kantor saja dan pengelolaan kawasan juga, bukan spesifik mencari spesies baru,” ujar Reza.

Reza menambahkan, penelitian sekaligus penemuan jenis flora baru Bulbophyllum wiratnoi sudah sejak tahun 2018. Setelah melalui proses yang panjang untuk penelitian dan penulisan lebih dalam pada jurnal ilmiah, KLHK resmi mempublikasikannya pada tahun 2023.

Penemuan Spesies Menjadi Peradaban Baru

Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Satyawan Pudyatmoko mengemukakan penemuan spesies-spesies baru ini tidak hanya memberikan asa baru. Namun, hal ini telah membentuk peradaban baru.

“Sejarah membuktikan kemajuan peradaban itu sangat berkorelasi erat dengan sustainability, dengan keberlanjutan lingkungan dan terutama kemampuan manusia untuk hidup secara harmonis. Hidup berdampingan dengan spesies-spesies lain yang juga memiliki hak yang sama untuk hidup di bumi ini,” kata Satyawan.

Menurut Satyawan, kegiatan ekspedisi dengan melakukan eksplorasi terhadap keanekaragaman hayati di Indonesia bukan semata-mata untuk mengetahui jenis yang terbaru saja. Kegiatan ini juga untuk memberikan kesadaran akan tanggung jawab moral untuk melestarikan serta hidup berdampingan dengan spesies-spesies tersebut.

Sebagai informasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengumumkan tiga spesies baru tumbuhan dan satwa liar di Indonesia. Spesies baru itu adalah satwa liar dari kelas aves Myzomela irianawidodoae, spesies tumbuhan Hanguana sitinurbayae, dan spesies tumbuhan Bulbophyllum wiratnoi. Kabar ini disampaikan dalam acara Focus Group Discussion (FGD) yang digelar di kantor pusat KLHK, Senin (21/8).

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top