Buang Puntung Rokok di Gunung Kembang, Pendaki Didenda Rp 1 Juta

Reading time: 2 menit
Para pendaki harus menerapkan pendakian nol sampah agar tidak merusak alam. Foto: Shutterstock

Jakarta (Greeners) – Meski tidak sepopuler gunung lain di Nusantara, Gunung Kembang, Wonosobo, Jawa Tengah miliki aturan ketat bagi para pendaki. Jangan main-main, pendaki yang kedapatan buang puntung rokok bakal kena denda Rp 1 juta.

Gunung Kembang merupakan gunung yang berkonsep pendakian nol sampah atau zero waste mountain. Komitmen ini untuk menekan timbulan sampah yang ada di wisata gunung. Pengelolaan zero waste mountain ini juga merupakan salah satu program adopsi gunung Eiger, brand outdoor apparel dari Bandung.

Eiger Adventure Service Team Manager Galih Donikara mengatakan, pengelolaan zero waste mountain sangat ketat. Ada pengecekan di pos pendakian di Gunung Kembang. “Bila ternyata ada pendaki yang menerobos masuk tentu akan kami peringatkan, bahkan didenda,” katanya kepada Greeners baru-baru ini.

Pengelola pendakian Gunung Kembang menerapkan denda yang cukup tinggi untuk setiap pelanggaran. Misalnya, jika ketahuan membuang satu puntung rokok maka akan di denda Rp. 1.025.000. Denda tersebut akan pengelola gunakan untuk biaya merawat gunung.

Menariknya, setiap pendaki harus meregistrasi diri dan barang bawaan. Bila ada barang-barang yang berpotensi menghasilkan sampah maka pengelola menyediakan perlengkapan seperti fasilitas penyewaan barang. Demikian pula perbekalan dengan kemasan plastik harus pendaki pindahkan ke kotak guna ulang.

Galih menyatakan, pengelolaan pendakian bebas sampah telah terimplementasi dua tahun terakhir. Petugas pos pendakian menjadi kunci dalam penegakkan aturan secara konsisten. Pengelola juga membatasi 100 pendaki per hari. Pengawasan juga mereka lakukan di setiap jalur pendakian.

Kesadaran Pendaki Kurangi Sampah Minim

Senada dengan itu, Ketua Umum Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) Rahman Mukhlis menilai, tingkat kesadaran pendaki Indonesia untuk meminimalisir sampah masih sangat kurang. Jauh jika kita bandingkan dengan para pendaki di Kinabalu, Malaysia, Himalaya Nepal dan Kilimanjaro.

Ia menambahkan, idealnya pengelola pendaki gunung menerapkan fasilitas penunjang seperti di Gunung Kembang. Namun jika belum bisa paling tidak di setiap pos pendakian terdapat penampungan sampah sementara. Sampah-sampah yang telah terkumpul, bisa dibawa turun.

Selain itu, pihak pengelola harus tegas memberikan reward maupun punishment bagi para pendaki. Pemandu pendaki juga harus aktif memberi edukasi dan sosialisasi.

Sampah di Wisata Petualangan

Sementara itu Direktur Pengurangan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Sinta Saptarina menyatakan, sampah masih menjadi masalah, utamanya di kawasan wisata petualangan seperti pendakian gunung.

Tantangan pengelolaan sampah saat ini yaitu manajemen pengelolaan sampah yang belum berjalan baik. Lalu lokasi yang jauh dari tempat pengelolaan sampah daerah, serta sarana dan prasarana pengelolaan sampah yang masih belum memadai.

Ia juga menyinggung terkait keterbatasan sumber daya manusia juga kesadaran masyarakat dan pengunjung yang masih rendah.

“Pengelola kawasan juga memegang peranan penting untuk menerapkan standar aturan pada para pengunjung, seperti melakukan pembatasan jumlah pengunjung,” katanya.

Selanjutnya pendampingan dan pembatasan kelompok dan reservasi secara online untuk mengantisipasi melonjaknya jumlah kunjungan atau pendakian.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Indonesia International Outdoor Festival 2022

Top