Ekspedisi IMPOLSE 2025 Fokus Teliti Mikroplastik di Perairan Indonesia

Reading time: 2 menit
Ekspedisi IMPOLSE 2025 fokus meneliti mikroplastik di perairan Indonesia. Foto: Freepik
Ekspedisi IMPOLSE 2025 fokus meneliti mikroplastik di perairan Indonesia. Foto: Freepik

Jakarta (Greeners) – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bekerja sama dengan Institute of Oceanology–Academy of Sciences (IOCAS), Tiongkok. Keduanya akan melaksanakan ekspedisi ilmiah jangka panjang bertajuk Indonesia Maritime and Western Pacific Ocean Longterm Scientific Expedition (IMPOLSE 2025). Ekspedisi ini berfokus pada penelitian tentang distribusi dan komposisi mikroplastik di laut Indonesia.

Ketua Tim Tata Kelola Ekspedisi, Direktorat Pengelolaan Armada Kapal Riset BRIN, Adi Slamet Riyadi mengatakan bahwa fokus penelitian ini untuk membandingkan variasi mikroplastik sebelum dan sesudah pandemi COVID-19. Selain itu, kegiatan ini bertujuan mengamati dan mempelajari pola sirkulasi dan variasi pada saluran masuk dan keluar Arus Lintas Indonesia atau Arlindo (Indonesian Through Flow/ITF) di bagian timur Arus Lintas Indonesia.

Ekspedisi ini juga untuk memahami dinamika percampuran turbulen dan struktur hidrografi ITF.  Selain itu, juga untuk memvalidasi model iklim dan kelautan.

“Kami berharap riset ini dapat menyediakan data acuan untuk meningkatkan parameterisasi model iklim dan kelautan global,” ujar Adi dalam sosialisasi secara daring, Senin (1/9).

Kegiatan IMPOLSE 2025 akan berjalan selama 31 hari layar pada Oktober-November 2025 menggunakan Kapal RV Geomarin III. IMPOLSE kali ini bertema “The Role of the Indonesian Throughflow on Climate Change in the Next Decades.”

Ekspedisi ini juga sejalan dengan visi ‘Poros Maritim Dunia’ Indonesia dan inisiatif ‘Jalur Sutra Maritim’ Tiongkok. Keduanya memiliki kepentingan bersama dan dapat berkolaborasi untuk mewujudkan masa depan yang saling menguntungkan.

BRIN Beri Kesempatan untuk Periset

Sebelumnya pada 2013, LIPI (kini terintegrasi ke dalam BRIN) dan IOCAS juga telah menandatangani nota kesepahaman. “Kolaborasi ini telah berhasil menyelenggarakan tujuh pelayaran bersama di Perairan Indonesia dan Samudra Pasifik Barat dengan pencapaian yang membuahkan hasil dalam 12 tahun terakhir,” ujar Adi.

Adapun untuk IMPOLSE 2025, kegiatan ekspedisi berupa mooring maintenance pada sistem tambat peralatan. “Total ada empat mooring baru yang akan kami deploy atau kami tempatkan di lokasi riset. Satu yang akan recover atau yang akan kami ambil kembali setelah kurang lebih dua tahun terpasang di lokasi, dan satu rotationRotation itu berarti akan kami recover, kemudian kami setting ulang dan deploy kembali,” jelas Adi.

Adi melanjutkan, selain mooring, ada kurang lebih 55 CTD deployment akan mereka sesuaikan dengan ketersediaan waktu. Lalu, ada juga microplastic samplings serta sediment box cores. 

Oleh karena itu, pihaknya membuka kesempatan bagi sepuluh periset Indonesia untuk bergabung dalam ekspedisi ini.
Para periset tersebut berasal dari BRIN, perguruan tinggi, dan lembaga riset lainnya melalui Call for Participant IMPOLSE 2025.

Persyaratan yang wajib periset penuhi antara lain merupakan Warga Negara Indonesia. Kemudian, periset juga berkualifikasi pendidikan minimal S2 di bidang fisika oseanografi dan marine pollution (terutama mikroplastik).

Kemudian, pengusul hanya dapat terlibat paling banyak dalam dua ajuan proposal dalam program RIIM per tahun (1 posisi sebagai ketua dan 1 posisi sebagai anggota, atau sebagai anggota di 2 proposal). “Pengusul wajib mengikuti riset ilmiah kelautan ini. Mulai dari pengambilan data, sampel dan informasi yang diperlukan, serta analisis dan publikasinya,” jelas Adi.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top