Munculnya Titik Api di Papua Diduga Karena Program Pembukaan Lahan

Reading time: 2 menit
Ilustrasi: Ist.

Jakarta (Greeners) – Pada Oktober 2015 lalu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jayapura melaporkan berdasarkan data satelit terungkap 12 dari 20 distrik yang ada di Kabupaten Merauke, Papua, bermunculan titik api. Ke 12 distrik tersebut yaitu Kimaan, Okaba, Tabonji, Naunkenjerai, Tubang, Waan, Malind, Ilwayab, Kurik, Ngguti, Merauke dan Nambioman Bapai. Tercatat, sebanyak 60 titik api muncul di 12 distrik tersebut.

Direktur Eksekutif Nasional Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Abetnego Tarigan memperkirakan munculnya titik-titik api di Papua banyak diakibatkan oleh program pembukaan lahan besar-besaran untuk memenuhi kebutuhan pertanian dan perkebunan. Selain itu, Papua masih belum memiliki teknologi penanggulangan api yang dominan sehingga sulit melakukan penanganan apabila terjadi kebakaran.

“Apakah di papua sebelumnya terjadi kebakaran dalam lima tahun kebelakangan? Itu tidak seperti yang terjadi sekarang. Secara lokal juga teknologi api di dalam pertanian tidak selalu dilakukan. Apalagi masih banyak orang-orang yang memanfaatkan hasil hutan di sana. Contoh saja, memanfaatkan sagu yang tidak dibudidayakan secara berkelanjutan,” ujarnya kepada Greeners, Jakarta, Senin (11/01).

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Mulyono R Prabowo. Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Mulyono R Prabowo. Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Mulyono R Prabowo mengaku bahwa selama ini yang dilakukan oleh BMKG dalam memantau titik api di beberapa lokasi di Indonesia hanya berdasarkan kondisi cuaca iklim termasuk munculnya titik api di Papua. BMKG, katanya, lebih banyak melakukan monitoring perkembangan dari citra satelit. Ketika dalam monitoring tersebut terpantau ada titik api, hasil itulah yang dilaporkan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).

“BMKG hanya melakukan monitoring melalui citra satelit. Kalau ada agenda di belakangnya seperti kebijakan pembukaan lahan atau apapun itu, sebenarnya kami tidak tahu. Itu bukan di ranah kami,” tambahnya.

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar dalam satu acara diskusi bersama wartawan menuturkan bahwa setelah Papua mengeluarkan titik-titik api yang cukup mengkhawatirkan, ia bersama dengan beberapa lembaga akan menggencarkan operasi gabungan yang melibatkan kepolisian, manggala agni, masyarakat di sekitar lokasi titik api hingga membentuk sebuah organisasi remaja peduli api.

“Rata-rata perizinan yang terdapat di Merauke sudah tidak aktif tapi harus kita konfirmasi lagi ke Planologi. Kalau nantinya badan restorasi gambut sudah terbentuk maka perhatian akan dikhususkan ke delapan provinsi yang rawan titik api. Delapan provinsi itu adalah Riau, Jambi, Sumsel, Kalsel, Kalteng, Kaltim, Papua dan Sulawesi Tenggara,” katanya.

Penulis: Danny Kosasih

Top