Jakarta (Greeners) – Sebuah laporan terbaru dari Enter Nusantara mengungkap realitas mencolok dalam sektor keuangan nasional. Dalam riset yang baru rilis, lembaga ini menyoroti aliran dana jumbo dari bank-bank domestik ke industri batu bara, mencapai lebih dari Rp305 triliun dalam kurun waktu 2016–2022.
Hasil survei tersebut menunjukkan meningkatnya kesadaran di kalangan generasi muda Indonesia terhadap dampak pendanaan bank terhadap krisis iklim. Enter Nusantara menegaskan, lembaga keuangan harus segera menghentikan investasi di sektor energi fosil. Kemudian, mengalihkan fokus ke energi terbarukan demi mendukung komitmen iklim nasional.
Dana Batu Bara Capai Rp305 Triliun, Energi Terbarukan Tertinggal Jauh
Dalam acara peluncuran di Ruang Belajar Alex Tilaar, Enter Nusantara memaparkan bahwa bank-bank Indonesia telah menyalurkan pinjaman sekitar USD 19,5 miliar (setara Rp305 triliun). Pinjaman tersebut mengalir ke sektor batu bara selama enam tahun terakhir. Sebaliknya, pendanaan untuk proyek energi terbarukan hanya mencapai USD 1,7 miliar atau sekitar Rp28,2 triliun—kesenjangan yang sangat besar antara energi kotor dan energi bersih.
“Temuan ini memperlihatkan bahwa generasi muda sudah memberi mandat perubahan. Transparansi menjadi pemicu aktivisme untuk mendesak bank, termasuk Danantara, agar lebih terbuka dan berpihak pada energi hijau,” ungkap Project Lead #BersihkanBankmu, Ramadhan.
BACA JUGA: Pendanaan Batu Bara oleh Perbankan Indonesia Tembus US$ 7,2 Miliar
Riset tersebut juga menyoroti ironi kebijakan energi nasional. Saat Indonesia berkomitmen mengurangi emisi karbon, 88% listrik nasional masih bersumber dari energi fosil, dan 60% di antaranya berasal dari batu bara.
Produksi batu bara bahkan terus meningkat. Pada 2024, Indonesia mencetak rekor produksi 836 juta ton, naik hampir 8% dari tahun sebelumnya. Proyeksi kebutuhan batu bara untuk pembangkit listrik juga diperkirakan naik dari 90 juta ton saat ini menjadi 150–160 juta ton pada 2028–2030.
Kondisi ini memperlihatkan ketergantungan tinggi terhadap energi fosil, yang menjadi tantangan besar dalam mewujudkan transisi energi berkeadilan di Indonesia.
Danantara dan Tuntutan Akuntabilitas Keuangan
Enter Nusantara secara khusus menyoroti peran Danantara, pengelola investasi strategis BUMN. Lembaga tersebut memiliki kendali atas sejumlah bank pendana batu bara terbesar di Indonesia. Temuan ini menjadi dasar bagi Enter Nusantara dan mitra CSO untuk meningkatkan tekanan publik. Salah satunya agar Danantara menerapkan kebijakan investasi yang lebih transparan dan berkelanjutan.
Dalam sesi diskusi panel bersama Center of Economic and Law Studies (CELIOS) dan Energy Shift Institute, para ahli menegaskan bahwa akuntabilitas lembaga keuangan menjadi kunci arah masa depan energi Indonesia.
“Bank dan pemerintah harus lebih terbuka mengenai ke mana uang publik mengalir. Transparansi keuangan adalah langkah awal menuju keputusan yang lebih bijak,” ujar peneliti dari CELIOS, Rani Septyarini.
BACA JUGA: Indonesia Masih Akan Terjebak Emisi Karbon hingga 40 Tahun ke Depan
Senior Analyst Energy Shift Institute, Nabila Gunawan menegaskan jika Indonesia serius ingin menarik investasi hijau, maka lembaga seperti OJK, BKF, dan kementerian terkait harus meninjau ulang kebijakan taksonomi hijau.
“Taksonomi yang tidak kredibel dapat membuat investor ragu. PLTU batu bara seharusnya tidak dikategorikan sebagai proyek hijau. Ini langkah penting untuk meyakinkan dunia bahwa Indonesia benar-benar serius dalam transisi energi bersih,” ungkap Nabila.
Pandangan serupa juga disampaikan oleh Program Manager Enter Nusantara, Nabila Putri yang menyoroti hak publik untuk mengetahui ke mana dana mereka digunakan. “Kita tidak ingin masa depan rusak karena uang kita dipakai untuk mendanai industri kotor batu bara. Bank harus transparan karena uang publik mewakili tindakan kita,” ujarnya.
Enter Nusantara berharap laporan ini dapat menjadi katalis perubahan bagi bank-bank nasional dan lembaga investasi seperti Danantara. Salah satunya dengan menghentikan pendanaan batu bara dan mempercepat transisi menuju energi bersih dan berkeadilan. Upaya ini bukan hanya tentang perubahan arah investasi. Lebih dari itu, ini soal tanggung jawab moral dan keberlanjutan ekonomi Indonesia di masa depan.
Penulis: Indiana Malia











































