Inovasi berbasis Internet of Things (IoT) dalam pemantauan tinggi muka air gambut berhasil menjadi salah satu inovasi terbaik dalam Siak Innovation Challenge 2025 di Riau. Inovasi ini bernama Peatronics IoT. Kreativitas tersebut lahir dari mahasiswa Politeknik Caltex Riau. Mereka adalah Aris Saputra Pasaribu, Artika Azzarah Ahmad, dan Amanda Putri Kinanti.
Siak Innovation Challenge 2025 merupakan bagian dari Festival Inovasi Lestari yang berlangsung pada 16–18 November 2025 di Gedung Kesenian Siak. Festival ini menghadirkan beragam kegiatan. Mulai dari eksibisi ramah gambut, pameran hilirisasi produk, pasar UMKM, talkshow, hingga pertunjukan seni.
Peatronics IoT memanfaatkan sensor ketinggian air untuk memantau kondisi gambut. Kemudian, mengirimkan data secara real-time melalui jaringan nirkabel LoRa yang hemat energi dan mampu menjangkau wilayah terpencil. Data pemantauan tampak di web dashboard dengan indikator status aman, waspada, atau kering. Sistem ini juga memberikan peringatan dini jika permukaan air turun di bawah batas aman.
BACA JUGA: Jaga Kesegaran Ikan Nelayan, Peneliti IPB Ciptakan Pendingin Tenaga Surya
“Teknologi ini dapat menjangkau area yang sangat jauh, dan cocok digunakan di wilayah terpencil. Peatronics membantu mencegah kebakaran, menjaga kelembapan gambut, serta meningkatkan kesadaran dan keterlibatan masyarakat,” ujar Aris. Ia menambahkan bahwa sistem ini dikembangkan sebagai upaya mitigasi kebakaran, mengingat Kabupaten Siak pernah mengalami kebakaran besar pada 2014.
Kabupaten Siak memiliki 57% wilayah berupa lahan gambut, dengan 21% di antaranya merupakan gambut dalam yang menyimpan cadangan karbon besar. Kondisi ini menjadikan pemantauan gambut sebagai bagian penting dari upaya pencegahan kebakaran dan pelestarian lingkungan.
Inovasi Pangan Berkelanjutan
Sementara itu, pada kompetisi tahun ini, 94 ide masuk tahap kurasi awal. Setelah penyaringan, 20 ide lolos dan masuk tahap wawancara. Dari wawancara tersebut, 10 tim terpilih mempresentasikan hasil pengembangan mereka di hadapan lebih dari 30 mitra yang berpotensi mendukung kolaborasi lanjutan.
Selain Peatronics, dua inovasi lain juga menjadi inovasi terbaik dalam ajang ini. Pertama adalah Mangalo FortiRice, inovasi pangan berkelanjutan berupa beras analog berbasis singkong yang difortifikasi dengan tepung bonggol pisang. Inovasi ini menawarkan alternatif pangan rendah gula, memanfaatkan limbah pertanian, serta mengangkat pangan lokal suku Sakai.
BACA JUGA: Mahasiswa UGM Buat Mulsa Organik dari Eceng Gondok dan Limbah Cangkang Telur
Fortifikasi bonggol pisang dapat meningkatkan kandungan mineral dan antioksidan alami. Tim pengembang yang terdiri dari Lady Asia, Fahira Anggraini, dan Rahyu Zulaika, berharap inovasi tersebut dapat memperkuat ketahanan pangan dan ekonomi petani singkong dan pisang.
Kemudian, inovasi selanjutnya dari kelompok Archiscape, berupa konsep wisata aroma Siak dengan tema Harmoni Aroma Melayu. Konsep ini mengangkat kekayaan bunga herbal Riau melalui wisata tematik edukatif yang berakar pada budaya Melayu Siak.
Tim yang terdiri dari Remiya Samantha, Doksa Safira Tarigan, dan Melly Erviani, memandang pendekatan ini sebagai strategi pelestarian budaya sekaligus peluang keterlibatan UMKM dan masyarakat dalam ekonomi berbasis lahan gambut.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia











































