Sebuah perusahaan rintisan asal Jerman, Voltfang, menemukan cara inovatif untuk memanfaatkan baterai kendaraan listrik (EV) yang sudah tak terpakai. Baterai-baterai ini mereka uji, perbaiki, dan susun kembali ke dalam unit seukuran lemari es besar. Hasilnya, sistem penyimpanan energi yang dapat digunakan oleh rumah tangga dan bisnis untuk menyimpan kelebihan energi dari sumber matahari dan angin.
Phys melansir bahwa pada Agustus ini, Voltfang resmi membuka fasilitas industri pertamanya di Aachen, dekat perbatasan Belgia dan Belanda. Lokasi ini kini menjadi fasilitas terbesar di Eropa yang fokus pada perbaikan dan penggunaan kembali baterai lithium-ion bekas.
Menurut CEO Voltfang, David Oudsandji, fasilitas ini bisa membantu Jerman sebagai negara dengan ekonomi terbesar di Eropa. Selain itu, dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mempercepat transisi ke energi ramah lingkungan.
BACA JUGA: Recycle Experience Hidupkan Kembali Mainan Bekas Lewat Karya Seni
Walaupun ada banyak panel surya dan turbin angin di Jerman, kapasitas penyimpanan energi masih belum memadai. “Kami ingin memastikan kedaulatan Eropa dalam penyediaan energi dengan memungkinkan produksi energi terbarukan melalui penyimpanan,” ujar Oudsandji.
Energi dari matahari dan angin ini memang bisa dihasilkan dalam jumlah besar, tetapi tantangannya adalah menyimpannya secara merata dan mendistribusikannya ketika dibutuhkan. Terutama pada musim dingin, saat sinar matahari dan angin sangat minim. Dalam kondisi seperti ini, Jerman kadang terpaksa mengimpor listrik dari reaktor nuklir Prancis atau pembangkit batu bara Polandia.
Untuk menjaga keamanan pasokan, pemerintah Jerman berencana membangun sekitar 20 pembangkit listrik berbahan bakar gas pada 2030. Namun, rencana ini mendapat kritik dari aktivis lingkungan karena bertolak belakang dengan target Jerman mencapai netral karbon pada 2045
Baterai Bekas Terbatas
Di balik inovasinya, Voltfang berdiri pada tahun 2020 oleh tiga mahasiswa teknik. Target mereka adalah mampu memproduksi sistem penyimpanan energi sebesar 1 gigawatt-jam (GWh) per tahun pada 2030, cukup untuk memenuhi kebutuhan energi sekitar 300 rumah.
Di fasilitas Voltfang, teknisi menerima baterai EV bekas dan mengujinya untuk melihat apakah masih layak pakai. Baterai yang lolos uji akan ditempatkan dalam kotak besar yang bisa menyimpan listrik. Inovasi ini mirip power bank raksasa untuk rumah tangga atau usaha kecil.
Di sisi lain, pasar penyimpanan energi stasioner di Jerman sedang tumbuh pesat. Kapasitasnya meningkat dari 2,5 GWh pada 2022 menjadi sekitar 6 GWh di akhir 2024, menurut konsultan bisnis Roland Berger, Marc Sauthoff. Ini menunjukkan bahwa permintaan akan sistem penyimpanan energi terus meningkat.
BACA JUGA: Lampu Farolito, Perpaduan Tradisi dan Bioplastik Ramah Lingkungan
Namun, tantangan tetap ada. Jumlah baterai bekas yang tersedia masih terbatas karena sebagian besar kendaraan listrik masih tergolong baru. Selain itu, baterai baru buatan China kini lebih efisien dan murah, membuat persaingan semakin ketat. Oudsandji mengakui bahwa memperbaiki baterai lama lebih rumit dibanding membeli yang baru, tapi menurutnya, keuntungan lingkungan dan sosial jauh lebih besar.
“Namun. keuntungan besarnya adalah lebih berkelanjutan. Lebih murah dan memungkinkan kita menciptakan ekonomi sirkular, sehingga menjamin kemandirian Eropa dalam penyediaan sumber daya,” ungkapnya.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia











































