Baterai Garam Laut Terobosan Energi Ramah Lingkungan

Reading time: 2 menit
Baterai garam laut. Foto: Euronews

Baterai merupakan salah satu sumber listrik yang meningkat penggunaannya. Namun, mengingat dampaknya terhadap lingkungan berbagai inovasi terus dilakukan. Salah satunya baterai garam laut dengan kapasitas empat kali lipat energi litium.

Berasal dari sodium-sulfur, sejenis garam cair dari air laut, baterai ramah lingkungan ini diklaim lebih murah dan lebih ramah lingkungan dibanding baterai lainnya. Inovasi ini bisa menjadi terobosan untuk energi terbarukan.

Peneliti utama Dr Shenlong Zhao dari University of Sydney mengatakan, baterai natrium ini berpotensi mengurangi biaya secara drastis dengan penyediaan kapasitas empat kali lebih banyak. “Ini adalah terobosan signifikan untuk pengembangan energi terbarukan,” katanya.

Transisi Energi Terbarukan

Saat ini transisi menuju sumber energi terbarukan seperti bersumber dari angin dan matahari sangat mendesak seiring iklim yang semakin memanas. Masalahnya, energi terbarukan tidak selalu konsisten, sedangkan baterai dibutuhkan untuk menyimpan energi listrik.

Demi mencapai netralitas iklim, Uni Eropa akan membutuhkan lithium 18 kali lebih banyak pada tahun 2030 nanti. Atau hampir 60 kali lebih banyak pada tahun 2050.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, pada September lalu litium dan logam tanah jarang akan segera jadi lebih penting daripada minyak dan gas.

Namun, logam ini harus dibayar mahal. Produksi logam menggunakan kolam penguapan butuh sekitar 2,2 juta liter untuk menghasilkan satu metrik ton.

Tak hanya itu, ekstraksi litium dapat merusak lingkungan, seperti mengakibatkan kekurangan air, hilangnya keanekaragaman hayati, rusaknya fungsi ekosistem, dan degradasi tanah. Oleh karena itu, di sinilah inovasi ini bisa memberikan alternatif terobosan.

Foto: Euronews

Baterai Berkapasitas Besar

Baterai garam laut bukanlah konsep baru dan sudah ada selama 50 tahun. Namun, baterai baru ini berbeda.

Para ilmuwan mengubah elektroda untuk meningkatkan reaktivitas belerang, elemen kunci yang menentukan kapasitas penyimpanan.

“Saat matahari tidak bersinar dan angin sepoi-sepoi tidak bertiup, kami membutuhkan solusi penyimpanan berkualitas tinggi. Solusi ini tidak merugikan bumi dan mudah diakses di tingkat lokal atau regional,” kata Dr Zhao.

Ia menambahkan, terobosan yang memanfaatkan sumber daya seperti natrium dapat diproses dari air laut. Hal ini juga berpotensi menjamin keamanan energi lebih luas dan memungkinkan lebih banyak negara bergabung dalam peralihan menuju dekarbonisasi.

Penulis : Ramadani Wahyu

Editor : Ari Rikin

Sumber: EuroNews

Top