
keanekaragaman hayati indonesia


Jakarta (Greeners) – Pengembangan biodiversitas yang berpotensi bioprospeksi dan bernilai ekonomi tinggi sangat penting dilakukan. Apalagi Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Pakar keanekaragaman hayati Prof Endang Sukara mengatakan, Indonesia […]

Jakarta (Greeners) – Momentum Hari Keanekaragaman Hayati Sedunia pada Minggu (22/5) lalu hendaknya menjadi peringatan untuk meningkatkan upaya konservasi, riset terpadu dan pemanfaatannya secara berkelanjutan. Jangan sampai punahnya berbagai jenis […]

Awal tahun 2019 ini keanekaragaman hayati Indonesia patut bergembira. Jumlah jenis burung di Indonesia dikabarkan bertambah enam jenis.

Dengan kemampuan adaptasi yang baik, rusa timor mampu berkembang biak di luar habitat alaminya. Di alam maupun di penangkaran satwa ini dapat hidup selama 15 – 20 tahun dengan rata-rata masa hidup 17,5 tahun.

Alam Indonesia yang kaya menyimpan keragaman hayati yang luar biasa. Spesies burung yang ditemukan di negara dengan hutan hujan tropis ketiga terluas di dunia ini diketahui bertambah jumlahnya pada tahun 2018 ini.


Indonesia mengambil bagian dalam pameran kolaborasi dunia bernama Botanical Art Worldwide yang bertajuk “Linking People With Plants Through Botanical Arts”. Acara ini merupakan pameran seni botani pertama di Indonesia.

LIPI sebagai pengelola MUNASAIN melalui Pusat Penelitian Biologi telah melakukan revitalisasi museum agar pengembangan informasi dapat tersampaikan dengan lebih baik.

Tumbuhan dan satwa liar yang dijadikan komoditas perdagangan berpotensi menyebabkan kepunahan. Untuk mencegah hal ini, LIPI meningkatkan pengelolaan kehati melalui para Pengendali Ekosistem Hutan (PEH).

Perlu menunggu sekitar dua tahun sekali untuk melihat bunga ini mekar. “Anggrek Rkasasa” ini terakhir mekar pada tahun 2016 di Kebun Raya Bogor.

Total sebanyak 14 telur dari 26 telur komodo telah berhasil menetas di Lembaga Konservasi Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor. Proses penetasan telur komodo dari indukan Rangga dan Rinca ini masih berlangsung dan dinantikan.

Hilangnya keanekaragaman hayati di Indonesia yang terjadi setiap tahun harus dihentikan. Diperlukan tidak hanya regulasi, namun juga kerjasama semua pihak untuk memproteksi keanekaragaman hayati Indonesia.

Temuan lumba-lumba tanpa sirip atau Finless Porpoise di wilayah perairan Kubu Raya, Kalimantan Barat semakin membuktikan bahwa perairan Kubu Raya adalah habitat penting bagi mamalia laut.

Maraknya perdagangan satwa ilegal, pencurian keanekaragaman hayati maupun sumber daya genetik serta lemahnya perlindungan hukum menjadi penyebab semakin berkurangnya jumlah keanekaragaman hayati Indonesia.