Jakarta (Greeners) – Dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia 2023, Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) ajak pemuda mengikuti Water Action Camp: Youth and Sustain. Bertema “Water is Life Water is Food”, acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran generasi muda tentang pentingnya pengelolaan air berkelanjutan.
Air adalah kekuatan pendorong bagi manusia, perekonomian, alam, serta pangan. Pertumbuhan penduduk yang pesat, urbanisasi, pembangunan ekonomi, dan perubahan iklim membuat sumber daya air di bumi semakin tertekan.
“Ini sebetulnya cita-cita kami untuk menggandeng youth terlibat dalam memperingati Hari Pangan Sedunia. Kami pengin mengundang dari berbagai kalangan yang bergerak di masing-masing bidang. Ada yang gerak di kuliner, terus komunitas yang fokus ke mata air. Kami juga ajak dari sisi pemerintah,” ungkap Programme Assistant FAO, Reyza Ramadhan di sela-sela kegiatan Water Action Camp di Pedesaan Farm, Sukabumi, Kamis (2/11).
BACA JUGA: FAO Dorong Petani dan Nelayan Jadi Agen Pengelolaan Air
Melalui serangkaian kegiatan edukasi yang menarik, Reyza berharap acara ini juga dapat menginspirasi generasi muda. Terutama untuk mengambil langkah proaktif menuju konservasi air. Kemudian, tentang praktik pemanfaatan perikanan perairan darat yang berkelanjutan.
“Dengan memupuk pemahaman mendalam tentang hubungan penting antara sumber daya air dan ketahanan pangan, Water Action Camp akan mengkatalisasi komunitas pemuda. Khususnya ke masyarakat untuk masa depan yang lebih baik dan berkelanjutan,” lanjut Reyza.
Berdasarkan latar belakang tersebut, FAO juga mengajak anak muda untuk sadar terhadap makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Sebab, air juga berpengaruh terhadap mutu pangan. Oleh karena itu, lewat kegiatan ini, FAO ingin bersama-sama, dapat mengambil tindakan terhadap air. Demi masa depan pangan, manusia, dan planet ini.
Dengan dukungan proyek IFISH, kegiatan ini dapat memberikan pengalaman yang lebih luas. Kegiatan ini secara aktif melibatkan komunitas pemuda (youth communities) dan Key Opinion Leader (KOL). Harapannya, hal ini dapat membuat peluang perubahan positif yang lebih besar.
LTKL Ajak Pemuda Saling Diskusi
Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) salah satu asosiasi yang terlibat sebagai penyelenggara dalam kegiatan ini, mengajak anak muda untuk saling diskusi dengan nuansa baru dan berbeda.
Kegiatan ini telah mengambil konsep Lingkar Cerita bersama pustaka cerita (narasumber) dan menjadi ruang terbuka bagi seluruh pihak yang terlibat. Tujuannya, untuk bisa berdiskusi melalui lingkaran-lingkaran cerita.
“Lingkar Cerita ini unik sekali. Saya baru pertama kali memaparkan pengalaman dan cerita dengan konsep bergiliran. Ini hal baru dan membuat tidak membosankan, lalu ada banyak pengetahuan berbeda-beda juga pada setiap orang,” ucap National Project Manager IFISH Project, Sudarsono.
BACA JUGA: Kelola Hutan Alam Produksi untuk Raih Target Folu Net Sink 2030
Diskusi dengan konsep yang unik ini, para pembicara berkeliling dan bergantian memberikan pemaparan di setiap kelompok peserta. Ada banyak perspektif yang pembicara sampaikan. Sehingga, hal tersebut bisa membangun sebuah wawasan hingga diskusi bersama dari berbagai sudut pandang.
Pembicara yang hadir juga berbagai macam. Di antaranya dari Nasi Peda Pelangi, FAO, Jaga Semesta, dan JALA. Diskusi interaktif ini, menjadi wadah cerita tentang pengalaman dari narasumber, tentang cara mereka melakukan perubahan baik kepada alam agar tetap lestari.
Bebaskan Pemuda Berekspresi di Alam
Kegiatan yang berlangsung selama tiga hari ini telah memberikan sebuah kebebasan pemuda untuk berekspresi di alam bebas. Dari seluruh rangkaian kegiatan yang FAO buat, sebagian besar peserta menghabiskan waktunya di alam. Misalnya, menanam pohon, menyusuri pedesaan, dan melepas ikan.
Adapula kegiatan fish matching yang bertujuan untuk memperkenalkan jenis-jenis ikan lokal yang ada di perairan darat Kabupaten Sukabumi kepada para youth communities.
Tak sekadar itu, kegiatan pelepasliaran ikan di sungai juga menjadi sentuhan baru bagi para peserta untuk terlibat melepas ikan ke sungai.
“Rilis ikan sidat ini bertujuan untuk melestarikan ikan-ikan di sungai. Jadi, setelah beberapa ditangkap tidak semua dikonsumsi, kami juga ingin terus melestarikannya. Hal itu dengan cara merilis atau melepaskan ikan tersebut kembali ke sungai,” imbuh Field Officer IFISH Project FAO, Imron Rosadi.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia