Rusa Timor, Rusa Asli Indonesia dengan Daya Adaptasi Tinggi

Reading time: 3 menit
rusa timor
Rusa Timor (Cervus timorensis). Foto: wikimedia commons

Rusa merupakan hewan yang memiliki daya adaptasi tinggi terhadap lingkungan. Saat ini diketahui tidak kurang dari 16 genus, 38 spesies, dan 189 sub spesies rusa tersebar di seluruh dunia, mulai dari daerah beriklim dingin di daratan Eropa hingga ke daerah sub-tropis dan tropis di daratan Asia (Semiadi dan Nugraha, 2004).

Jenis rusa asli Indonesia terdiri dari muntjak, rusa bawean, rusa sambar dan rusa timor. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, rusa timor (Cervus timorensis) digolongkan sebagai salah satu satwa liar Indonesia dengan status dilindungi.

Beberapa sumber menyatakan rusa timor berasal dari Jawa, Kepulauan Sunda Kecil dan Malaka, namun menurut kalangan ahli lainnya menyebutkan rusa timor hanya berasal dari Jawa dan Bali. Dalam perkembangannya, rusa timor menyebar luas sampai ke bagian timur wilayah Indonesia seiring dengan perpindahan manusia.

Tubuh rusa timor berukuran kecil dengan berat badan rusa dewasa mencapai 60 -100 kg. Gambaran fisik rusa ini antara lain mempunyai tungkai pendek, ekor panjang, dahi cekung, gigi seri relatif lebih besar, dan rambut berwarna coklat kekuning-kuningan.

Bobot badan rusa betina dapat mencapai 100 kg. Tinggi bahu rusa betina dewasa mencapai 100 cm, sedangkan pada jantan mencapai 110 cm. Panjang badan dengan kepala kira-kira 120 – 130 cm, panjang ekor 10 – 30 cm. Jantan dewasa memiliki tanduk atau ranggah yang bercabang tiga dengan ujung-ujungnya yang runcing, kasar dan beralur memanjang dari pangkal hingga ke ujung ranggah. Panjang ranggah rata-rata 80 – 90 cm, tapi ada juga yang mencapai 111,5 cm.

rusa timor

Rusa timor mampu berkembang biak di luar habitat alami salah satunya di dalam penangkaran. Foto: wikimedia commons

Satwa ini mampu beradaptasi di dataran rendah hingga ketinggian 2.600 m di atas permukaan laut. Habitat alami rusa ini terdiri dari beberapa tipe vegetasi seperti savana dan vegetasi hutan. Sebagaimana herbivora pada umumnya, satwa ini menghabiskan waktunya berjam-jam untuk makan dan diselingi perjalanan-perjalanan pendek untuk beristirahat dan ke sumber air.

Waktu makan satwa ini biasanya pada pagi dan sore hari, sedangkan pada siang hari cenderung mencari perlindungan dari terik sinar matahari, beristirahat sambil memamah biak. Pada malam hari aktivitas makan juga berlangsung, tetapi tidak begitu aktif. Satwa ini menyukai daun yang lunak dan basah seperti bagian muda daun dari jenis legum (tumbuhan perdu yang berkeping ganda) seperti lamtoro, turi dan juga jenis rerumputan seperti mapu dan ilalang.

Dengan kemampuan adaptasi yang baik, rusa timor mampu berkembang biak di luar habitat alaminya. Di alam maupun di penangkaran satwa ini dapat hidup selama 15 – 20 tahun dengan rata-rata masa hidup 17,5 tahun.

Rusa timor pada umumnya hidup dalam kelompok antara 3 ekor sampai 20 ekor. Namun jika berada di padang penggembalaan terkadang dapat membentuk kelompok besar sampai jumlah 75 – 100 ekor. Dalam penangkaran, rusa jantan mampu hidup berdampingan dengan individu jantan lain atau individu betina. Hal ini mengubah perilaku aslinya yang bersifat soliter.

Berdasarkan kategori daftar merah International Union for Conservation of Nature (IUCN Red list), sejak tahun 2008 rusa timor termasuk kategori rentan (vulnerable). Sebelumnya pada tahun 1996 rusa timor berstatus risiko rendah (lower risk). Perubahan status ini disebabkan total populasi asli rusa timor di daerah penyebaran aslinya diperkirakan kurang dari 10.000 individu dewasa. Perkiraan penurunan sekurangnya 10% selama tiga generasi sebagai akibat hilangnya habitat dan perburuan (IUCN, 2015).

Rusa ini diburu untuk pemenuhan pangan dan kesenangan bagi manusia (Jacoeb dan Wiryosuhanto, 1994). Salah satu upaya untuk menjaga keberadaan rusa timor yaitu dengan melakukan penangkaran untuk mengantisipasi kepunahan rusa.

rusa timor

Penulis: Sarah R. Megumi

Top