Jakarta (Greeners) – Para pelajar SDIT Al Huda Bawean bersama warga melakukan aksi bersih pantai di Desa Lebak, Kabupaten Gresik, Pulau Bawean. Dalam kegiatan ini, mereka mengumpulkan hampir satu ton sampah.
Kegiatan ini merupakan rangkaian dari Children Environmental Action: Aksi Bersih Pantai oleh SDIT Al Huda Bawean. Mereka berkolaborasi dengan Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton), Human In Love Foundation (Korea), serta dukungan dari pemerintah Desa Lebak.
Dalam kegiatan tersebut, mereka mengumpulkan 945 kilogram sampah, yang terdiri dari 70 karung sampah organik dan 80 karung sampah anorganik. Temuan di lapangan menunjukkan bahwa paling banyak sampah plastik sekali pakai. Khususnya, bungkus saset makanan. Bahkan, ada kemasan yang diperkirakan berasal dari tahun 1989. Selain itu, mereka juga menemukan sisa obat-obatan yang berpotensi membahayakan kesehatan dan lingkungan.
Aksi bersih pantai ini melibatkan 30 siswa SDIT Al Huda Bawean dan 15 warga Desa Lebak, termasuk unsur pemerintah desa. Pada kegiatan ini, seluruh peserta membersihkan kawasan pantai yang juga merupakan area wisata dan ruang bermain anak-anak.
Kepala Sekolah SDIT Al Huda Bawean, Rissky Wahyu Saputra mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menanamkan kepedulian lingkungan sejak dini kepada anak-anak melalui aksi nyata.
“Kami ingin siswa tidak hanya belajar di kelas, tetapi memahami langsung dampak sampah di pantai. Ini sekaligus mendorong tanggung jawab bersama antara sekolah, masyarakat, dan pemerintah desa dalam menjaga lingkungan pesisir,” ujar Rissky.
Sampah Saset Mendominasi
Pada kegiatan ini, 60-70 persen sampah berasal dari aktivitas masyarakat sendiri, sisanya merupakan sampah kiriman. Menurut Rissky, hal yang paling memprihantikan adalah temuan bungkus saset makanan yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 1989.
“Ini menunjukkan bahwa sampah plastik bisa bertahan sangat lama di lingkungan pesisir,” ujar Rissky.
Ia juga menekankan pentingnya perlindungan kesehatan anak-anak yang beraktivitas di wilayah pantai. Baginya, pantai di Pulau Bawean tersebut adalah tempat bermain dan berenang anak-anak. Untuk itu, apabila tidak ada pengelolaan dan pemantauan yang baik, khawatir terdapat zat-zat berbahaya yang bisa terus-menerus mengenai kulit atau bahkan terminum.
“Ke depan, kami berharap setiap desa yang memiliki pantai dapat memiliki sistem monitoring kebersihan pantai secara rutin,” tambahnya.
Di sisi lain, Manajer Divisi Advokasi dan Kebijakan Ecoton, Alaika Rahmatullah mengatakan bahwa temuan sampah saset di pesisir Bawean menunjukkan kegagalan sistemik dalam pengelolaan plastik sekali pakai.
Menurut Alaika, melalui prinsip Extended Producer Responsibility (EPR), produsen wajib bertanggung jawab penuh atas siklus hidup kemasan yang mereka edarkan. Hal tersebut termasuk untuk melakukan pengumpulan kembali.
“Tanpa keterlibatan aktif perusahaan, masyarakat dan pemerintah desa akan terus memikul beban sampah,” tegasnya.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia











































