Unit Selam UGM dan Undip Jelajahi Bawah Laut di Pulau Bawean

Reading time: 2 menit
Unit Selam UGM dan Undip jelajahi bawah laut di Pulau Bawean. Foto: Unit Selam UGM
Unit Selam UGM dan Undip jelajahi bawah laut di Pulau Bawean. Foto: Unit Selam UGM

Jakarta (Greeners) – Unit Selam Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Diponegoro (Undip) melakukan ekspedisi jelajah bawah laut di Pulau Gili dan Noko, Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur pada 28 April hingga 4 Mei 2025. Penjelajahan bawah laut ini bertujuan untuk melakukan pendataan ekosistem laut, kegiatan konservasi, serta penggalian informasi sosial-lingkungan terkait pengelolaan sampah.

Ketua Delegasi Tim Ekspedisi dari Unit Selam UGM, Bazgheir Syams mengatakan bahwa tim ekspedisi ini terbagi menjadi tiga kelompok. Mereka mendata kondisi terumbu karang dan mengidentifikasi populasi ikan. Pendataan ini menggunakan metode Underwater Photo Transect (UPT) dan Underwater Visual Census (UVC).

BACA JUGA: Selidiki Sungai, Pelajar Pulau Bawean Temukan Mikroplastik di Perut Ikan

Mereka melakukan pendataan di empat titik perairan Pulau Gili, yaitu sisi utara, selatan, timur, dan barat. Masing-masing titik pendataan dilakukan pada dua kedalaman berbeda, yakni 5 dan 10 meter.

β€œHasilnya, teridentifikasi 760 ekor ikan dengan spesies dominan antara lain Pomacentrus, Abudefduf, dan Chromis,” kata Bazgheir melansir Berita UGM, Jumat (9/5).

Selain itu, tim ekspedisi juga melakukan kegiatan transplantasi terumbu karang sebagai bagian dari upaya restorasi ekosistem laut. Mereka mengambil bibit karang dari sisi barat daya Pulau Noko menggunakan metode Corals of Opportunity, pada kedalaman lima meter dan ditransplantasikan di antara Pulau Gili dan Noko, dengan menggunakan metode spider web pada kedalaman yang sama.

Ia menyebutkan sebanyak 12 unit spider web ditanam dengan total 151 fragmen bibit karang. Tak hanya itu, setelah ekspedisi kembali nanti, proses pemantauan dan perawatan lanjutan terhadap hasil transplantasi ini akan berlanjut oleh organisasi konservasi lokal Bawean, yaitu Hijau Daun.

β€œKolaborasi ini harapannya bisa memperkuat keterlibatan masyarakat lokal dalam konservasi yang berkelanjutan,” tambah Bazgheir.

Unit Selam UGM dan Undip jelajahi bawah laut di Pulau Bawean. Foto: Unit Selam UGM

Unit Selam UGM dan Undip jelajahi bawah laut di Pulau Bawean. Foto: Unit Selam UGM

Upayakan Pengelolaan Sampah

Selain melakukan kegiatan bawah air, ekspedisi ini juga menyentuh aspek sosial. Mereka melakukan wawancara kepada masyarakat Pulau Gili terkait isu sampah.

Dari wawancara tersebut, tim ekspedisi menemukan fakta bahwa permasalahan sampah yang terjadi di sana berasal dari dua sumber utama. Pertama dari kiriman dari pulau lain seperti Bawean dan Kalimantan akibat arus laut. Kemudian, sampah juga berasal dari aktivitas warga yang belum memiliki tempat pembuangan akhir (TPA) karena lahannya terbatas.

Kendati demikian, masyarakat sampai saat ini masih melakukan solusi sementara dengan membakar dan mengubur sampah. Di samping itu, masyarakat KKN juga kerap memberikan upaya menyelesaikan sampah dengan menyediakan tempat sampah. Namun, menurut warga upaya tersebut belum benar-benar bisa menyelesaikan masalah sampah.

BACA JUGA: Kekuatan Kita, Planet Kita: Mengisi Masa Depan dengan Energi Bersih

Menyikapi temuan tersebut, tim ekspedisi Dwipantara VII berencana akan mengadakan seminar hasil kepada pemerintah daerah. Hal ini sebagai bentuk advokasi agar solusi permanen dapat segera terwujud. Bazgheir berharap seminar ini dapat menjadi jembatan suara masyarakat kepada pengambil kebijakan.

Menurut Bazgheir, ekspedisi ini menandai pentingnya menanamkan nilai konservasi sejak dini, sekaligus mempertegas peran mahasiswa dalam upaya pelestarian alam. Selain berdampak langsung terhadap ekosistem Gili-Noko, ia juga berharap kegiatan ini menjadi pemicu lahirnya kerja sama serupa di masa mendatang.

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top