Jakarta (Greeners) – Tim multidisiplin dari Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB memetakan potensi pencemaran air. Hal itu dalam rangka program pengabdian masyarakat di kawasan UNESCO Global Geopark Ijen. Tim ini terdiri dari dosen dan mahasiswa Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) serta Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD).
Program bertajuk “Delineasi Pencemaran Kimia dari Sumber Geogenik dan Edukasi Berbasis Teknologi di UNESCO Global Geopark Ijen” ini bertujuan untuk memetakan potensi pencemaran air alami. Selain itu, juga memberdayakan guru-guru lokal dengan teknologi pembelajaran inovatif.
Pemetaan Pencemaran dan Edukasi Berbasis Teknologi
Dr.mont. Ir. Andy Yahya Al Hakim, S.T., M.T. dari Teknik Pertambangan ITB menginisiasi program ini dan memimpinnya dalam dua tahap. Tahap pertama, yang berlangsung pada akhir Juli 2025, berfokus pada survei lapangan dan pengambilan sampel air di Kecamatan Ijen. Tahap kedua, pertengahan September 2025, dilanjutkan dengan workshop dan sosialisasi hasil penelitian kepada guru dan siswa SMP–SMA di Kabupaten Banyuwangi.
Tim ITB meneliti dugaan pencemaran unsur Fluorida (Fluor) pada sumber air yang masyarakat gunakan. Air Kawah Ijen yang memiliki pH di bawah 1 mengalir melalui Sungai Kalipait. Air tersebut berpotensi merembes ke mata air, air tanah, dan sungai-sungai warga.
Dampak Kesehatan dan Minimnya Kesadaran Warga
Tim lapangan menemukan indikasi perubahan kondisi gigi masyarakat, seperti menguning dan keropos, akibat paparan Fluorida alami dari sumber geogenik.
“Banyak warga belum menyadari bahayanya karena pencemaran ini terjadi secara alami dan tidak terlihat langsung,” jelas Muhammad Havid Noor Hidayat, mahasiswa Teknik Pertambangan ITB yang terlibat dalam tim.
Untuk mengatasi persoalan ini, tim FTTM ITB memetakan sebaran pencemaran dan menganalisis sampel air di laboratorium. Hal itu guna menentukan tingkat kesesuaian dengan baku mutu air bersih. Hasil analisis ilmiah kemudian mereka terjemahkan menjadi media edukasi interaktif agar masyarakat dan pelajar lebih mudah memahaminya.
Dalam workshop yang melibatkan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dan pengelola Geopark Ijen, tim ITB melatih guru-guru untuk mengembangkan metode pembelajaran berbasis teknologi. Mereka memperkenalkan Augmented Reality (AR) dan teknologi Cetak 3D (3D Print) sebagai media visualisasi geologi dan lingkungan.
“Melalui kegiatan ini, kami ingin mengembangkan kreativitas guru di Banyuwangi agar mampu menciptakan sistem pembelajaran yang lebih interaktif dan berbasis teknologi,” ujar Fajar Fariz Fadholi (Teknik Pertambangan, 2021).
Meningkatkan Kesadaran dan Mendorong Penelitian Lanjutan
Program ini tidak hanya berfokus pada riset ilmiah. Program ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Ijen agar lebih selektif dalam mengonsumsi air bersih. Tim ITB berharap hasil riset ini mendorong inovasi pendidikan dan penelitian lingkungan berkelanjutan di Banyuwangi.
“Kami ingin kegiatan ini menjadi pintu pembuka bagi peneliti lain untuk melanjutkan studi tentang pencemaran geogenik di kawasan Ijen,” tutur Fajar.
Melalui kolaborasi antara sains, teknologi, dan seni, tim ITB membuktikan bahwa pengabdian masyarakat dapat berjalan berdampingan dengan inovasi dan edukasi, membawa manfaat langsung bagi lingkungan dan masyarakat
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia











































