Kayu Apu, Spesies Gulma yang Mencegah Pencemaran Air

Reading time: 2 menit
Tumbuhan ini bermanfaat bagi kesehatan seperti meredakan flu. Foto: Shutterstock

Kayu apu dikenal juga sebagai kiambang, kapu-kapu, atau apu-apu. Tumbuhan air ini banyak ditemukan mengambang di perairan tenang. Berkat kemampuan pembersihannya, tanaman ini jamak dipergunakan sebagai hiasan kolam atau akuarium.

Tumbuhan kiambang mempunyai nama ilmiah Pistia stratiotes. Flora ini tergabung ke dalam keluarga Araceae, sehingga masih berkerabat dengan tumbuhan sri rezeki dan kuping gajah.

Berdasarkan penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa kiambang termasuk anggota suku talas-talasan. Ia tidak memiliki edible tuber, sehingga tidak dapat dikonsumsi seperti suweg.

Di luar manfaatnya, kapu-kapu ternyata memiliki sifat gulma. Tanaman ini bisa menghambat pertumbuhan tanaman budi daya, bahkan membuat distribusi pupuk tidak sampai ke tanah.

Habitat dan Distribusi Kayu Apu

Secara alami tumbuhan kayu apu banyak ditemukan di area persawahan. Tanaman ini dapat berkembang pada sawah yang masih tergenang maupun sawah yang padinya telah dipanen.

Merujuk berbagai sumber, kiambang berasal dari Benua Afrika dan Amerika Selatan. Mereka menyebar secara luas di daerah beriklim tropis seperti pada semenanjung Florida dan Texas.

Namun, kini kita bisa menemukan flora tersebut di daerah sub-tropis Asia. Itu membuktikan bahwa kapu-kapu tergolong sangat kuat, sehingga dapat beradaptasi pada berbagai wilayah.

Di wilayah sub-tropis India misalnya, apu-apu berkembang biak pada dataran rendah sampai ketinggian 1.000 meter di atas laut. Habitatnya meliputi danau, aliran sungai dan area rawa.

Bagi beberapa spesies ikan, tanaman air itu berguna sebagai pakan alami yang mengandung protein tinggi. Tanaman ini juga menyerap nitrat sehingga mengurangi populasi lumut di air.

Morfologi dan Ciri-Ciri Kayu Apu

Kayu apu merupakan satu-satunya anggota dari marga Pistia. Flora ini dapat kita tandai dari daunnya yang mengapung, sedangkan perakarannya menggantung di dalam permukaan air.

Panjang daun tersebut mencapai 5–14 cm dengan lebar sekitar 2–6 cm. Tepian daun tampak berlekuk-lekuk, sedangkan permukaannya dihiasi oleh rambut tebal yang halus jika disentuh.

Bila diperhatikan, susunan daun sendiri mirip seperti mahkota bunga mawar. Daun-daun itu tersusun secara roset di sekitar akar sehingga membentuk bagian seperti batang tumbuhan.

Spesies P. stratiotes memiliki akar-akar yang panjang mencapai 80 cm. Warna akar tersebut bercorak putih, sedangkan rambut-rambut akar membentuk suatu struktur mirip keranjang.

Di sekitar rambut biasanya tersedia gelembung udara yang membantu daya apung tanaman. Bukan cuma itu, akar tersebut juga mampu menyerap polutan yang terkandung di dalam air.

Manfaat Kayu Apu untuk Kesehatan

Tidak cuma berguna sebagai tanaman hias atau penyerap kotoran, tumbuhan kayu apu juga berkhasiat untuk kesehatan. Kandungannya efektif meredakan berbagai penyakit, misalnya:

  • Flu, demam dan batuk rejan;
  • Pegal linu dan bengkak akibat terbentur;
  • Susah buang air kecil dan kencing bernanah;
  • Gatal-gatal atau gatal akibat alergi;
  • Diare atau disentri; serta
  • Penyakit kulit seperti bisul dan eksim.

Untuk penyakit kulit, olahan kayu apu biasanya diaplikasikan pada permukaan kulit. Caranya rebus daun, giling lalu peraskan. Setelah dingin, basuh bagian yang sakit dengan air rebusan.

Sedangkan untuk mengobati penyakit dalam, ambil 15 helai daun apu-apu lalu rebus selama 15 menit dengan 3 gelas air. Saring setelah dingin, selanjutnya minum sebanyak 2 kali sehari.

Mengolah kiambang tidak boleh dilakukan sembarangan. Karena tanaman ini bisa menyerap zat beracun, kesalahan proses pengolahan justru berpotensi menimbulkan risiko kesehatan.

Taksonomi Pistia Stratiotes

Penulis : Yuhan al Khairi

Top