Jakarta (Greeners) – Taman Margasatwa Ragunan (TMR) kini secara mandiri mengubah limbah organik, terutama kotoran hewan, menjadi gas dan tenaga listrik. TMR menjadi taman konservasi pertama yang memiliki program Waste to Energy (WTE) dan Learning Center mengenai pengolahan sampah.
Peresmian program WTE dan Learning Center di TMR bersamaan dengan perayaan Hari Ulang Tahun ke-159 TMR pada Selasa (19/9). Kedua program tersebut merupakan buah hasil kerja sama TMR dengan PT Paiton Energy melalui program Waste to Energy CSR Project.
Acara peresmian di TMR itu dihadiri Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta Bayu Meghantara, Kepala Unit Pengelola TMR Endah Rumiyati, dan Presiden Direktur PT Paiton Energy Koichiro Miyazaki.
BACA JUGA: Tidak Peduli, Pengunjung Menebar Sampah di Kebun Binatang Ragunan
Sebelumnya, TMR mengelola limbah kotoran hewan hanya dengan memindahkannya ke landfill area di TMR. Kemudian, limbah yang terkumpul akan berubah menjadi kompos. Namun, ada sejumlah kendala saat melakukan cara ini. Sebab, lahan dan sumber daya terbatas.
Dengan program Waste to Energy CSR Project inilah, Paiton Energy mengembangkan solusi pengelolaan limbah yang terintegrasi dengan pengembangan energi terbarukan. Hal itu berupa pemasangan dan pengoperasian delapan unit mesin biodegester yang berfungsi untuk mengolah kotoran hewan dan sampah organik.
Kedua olahan tersebut akan menghasilkan biogas yang dapat menggerakkan mesin pembangkit listrik atau Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Biogas. PLTSa Biogas di TMR yang selanjutnya dikelola secara mandiri oleh Tim TMR dapat beroperasi mengolah limbah sampah organik dan kotoran hewan maksimal dua ton per hari.
PLTSa Biogas tersebut menghasilkan listrik sebesar 234 kWh. Listrik akan dimanfaatkan untuk kebutuhan WTE dan Learning Center. Selain itu, mesin Biodigester juga bisa memproduksi pupuk padat dan pupuk cair organik untuk pertanian yang dapat dimanfaatkan oleh Unit Pengelola dan juga pengunjung TMR.
Limbah Organik Berkontribusi terhadap GRK
TMR dan Paiton Energy bekerja sama dalam program Waste to Energy dan Learning Center karena sampah, termasuk limbah organik, merupakan masalah yang serius. Limbah tersebut merupakan salah satu sektor yang berkontribusi terhadap emisi gas rumah kaca.
Gas tersebut terbentuk emisi metana (CH4) dan karbondioksida (CO2) dari tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pada akhirnya, emisi metana dan karbondioksida akan turut memicu perubahan iklim yang dapat mengancam semua kehidupan di muka bumi.
Bagi Paiton Energy, program WTE di TMR ini menjadi kelanjutan dari kesuksesan program serupa yang telah launching di Universitas Indonesia pada akhir 2021.
BACA JUGA: Taman Margasatwa Ragunan Kedatangan Dua Jerapah Baru
Presiden Direktur PT Paiton Energy, Koichiro Miyazaki mengatakan ini merupakan aksi nyata kolaborasi antara pihak swasta dengan instansi pemerintah. Hal ini merupakan upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Mitigasi tersebut melalui sejumlah program inisiatif pengurangan serta penyerapan emisi karbon berkelanjutan.
“Keberadaan WTE ini juga sangat bermanfaat untuk mengatasi limbah organik di TMR. Sekaligus menjaga kelestarian lingkungan dan menghasilkan energi dari sumber terbarukan,” kata Miyazaki melalui keterangan tertulis.
Kepala Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta, Bayu Meghantara menjelaskan bahwa TMR merupakan salah satu unit pengelola di bawah naungan Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta. Menurut Bayu, TMR telah menjadi proyek percontohan dalam pengelolaan limbah organik.
Sebelumnya, TMR telah mengolah limbah hanya menjadi kompos. Namun, saat ini telah dikembangkan untuk menjadi energi yang ramah lingkungan berupa biogas dan listrik.
“Untuk itu, kami sebagai institusi pemerintah sangat mengapresiasi kerja bersama antara Pemprov DKI Jakarta dan PT Paiton Energy untuk terus berkesinambungan mengembangkan energi ramah lingkungan,” ungkap Bayu.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia