Besarnya Potensi Bambu untuk Penggerak Ekonomi dan Target Iklim

Reading time: 2 menit
Besarnya potensi bambu untuk penggerak ekonomi dan target iklim. Foto: Kehati
Besarnya potensi bambu untuk penggerak ekonomi dan target iklim. Foto: Kehati

Jakarta (Greeners) – Bambu merupakan tumbuhan dengan potensi besar sebagai solusi lingkungan dan penggerak ekonomi. Namun, produktivitasnya di Indonesia masih tergolong rendah. Perlu optimalisasi agar bambu dapat berkembang menjadi komoditas unggulan.

Saat ini, mayoritas pasokan masih mengandalkan bambu alam dengan hasil panen rata-rata hanya sekitar 2–6 ton per hektare. Padahal, bambu memiliki kemampuan menyerap karbon dioksida (CO₂) yang sangat tinggi, bahkan 1–2 kali lebih besar dibandingkan pohon kayu.

Keunggulan tersebut menjadikan bambu sebagai salah satu tanaman kunci dalam mitigasi perubahan iklim. Direktur Mitigasi Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup (KLH),  Haruki Agustina mengakui bahwa bambu punya peran penting dalam mendukung target iklim nasional.

“Target National Determined Contribution (NDC) Indonesia tahun 2030 adalah menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 31,89% secara mandiri. Bambu dapat berperan penting melalui kapasitasnya sebagai carbon sink, sekaligus memperkuat ketahanan ekosistem dan sosial di tingkat lokal,” kata Haruki dalam kegiatan Forum Bumi di Jakarta, Kamis (18/9).

Menurut Haruki, dalam ranah industri, peluang ekonomi dari bambu juga sangat menjanjikan. Data Kementerian Perindustrian menunjukkan bahwa pasar global produk berbasis bambu diproyeksikan tumbuh dari USD 74 miliar pada 2024 menjadi USD 118,3 miliar pada 2034.

Indonesia saat ini berada di peringkat 12 besar dunia dengan pangsa pasar sebesar 0,9%. Pertumbuhan pasar produk bambu nasional diprediksi meningkat rata-rata 6,2% setiap tahun pada periode 2020–2028. Keunggulan lain, bambu tumbuh jauh lebih cepat dibanding kayu. Dalam 3–5 tahun bambu sudah dewasa dan dapat dipanen dalam kurun 4–7 tahun.

“Artinya, bambu mampu menjawab kebutuhan bahan baku berkelanjutan sekaligus memberikan nilai tambah di pasar global,” tambah Haruki.

Selain itu, bambu juga berpotensi menjadi sumber energi terbarukan. Salah satunya melalui pengolahan menjadi biochar, yang memiliki berbagai manfaat ekologis.

Besarnya potensi bambu untuk penggerak ekonomi dan target iklim. Foto: Freepik

Besarnya potensi bambu untuk penggerak ekonomi dan target iklim. Foto: Freepik

Bambu Penopang Ketahanan Nasional

Tak hanya penting secara ekologis dan ekonomi, bambu juga merupakan bagian dari identitas budaya sekaligus penopang ketahanan nasional. Di Indonesia, ada sekitar 175 jenis bambu dan 50 persen di antaranya endemik.

Direktur Komunikasi dan Kemitraan Yayasan Keanekaragayaman Hayati (Kehati), Rika Anggraini mengatakan bahwa sejak 2012 pihaknya terus mendukung pelestarian bambu berbasis masyarakat di Jawa Barat, Bali Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dengan besarnya potensi bambu di Indonesia, Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Industri Agro, Kementerian Perindustrian menilai bahwa bambu bisa mendukung transformasi industri hijau.

“Bambu dapat dikembangkan menjadi produk bernilai tinggi, mulai dari furnitur, tekstil, hingga material ramah lingkungan yang dapat bersaing di pasar global,” ungkapnya.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top