BMKG: Waspadai Hujan Ekstrem dan Angin Kencang Jelang Nataru

Reading time: 2 menit
BMKG mengimbau masyarakat mewaspadai hujan ekstrem dan angin kencang jelang Nataru. Foto: BMKG
BMKG mengimbau masyarakat mewaspadai hujan ekstrem dan angin kencang jelang Nataru. Foto: BMKG

Jakarta (Greeners) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan kondisi cuaca terkini dan potensi risiko hidrometeorologi dalam Rapat Koordinasi Natal dan Tahun Baru (Nataru). BMKG mengimbau masyarakat dan pemerintah daerah untuk terus waspada terhadap kondisi cuaca dalam beberapa pekan mendatang.

Kepala BMKG, Teuku Faisal Fathani menjelaskan ada beberapa jenis bencana yang mendominasi, seperti hujan ekstrem dan angin kencang. Selain itu, ada fenomena lain seperti petir merusak, puting beliung, hujan es, dan jarak pandang terbatas yang kerap mengganggu penerbangan maupun pelayaran.

“Trennya terus naik. Jawa Barat memimpin frekuensi kejadian hujan ekstrem dan angin kencang, kemudian Jawa Tengah dan Jawa Timur. Ini harus menjadi perhatian kita bersama,” ujar Faisal di Jakarta, Senin (1/12).

Pada periode minggu kedua Desember hingga awal Januari, BMKG memperkirakan Monsoon Asia mulai aktif, meningkatkan curah hujan di Indonesia. Selain itu, muncul anomali atmosfer seperti Madden-Julian Oscillation, gelombang Kelvin, dan Rossby Equator yang berpotensi memicu hujan ekstrem.

Hadirnya seruak dingin dari Siberia juga turut memperkuat intensitas hujan, sementara bibit siklon tropis berpotensi terbentuk di wilayah selatan Indonesia. Daerah yang perlu mewaspadai pembentukan bibit siklon antara lain Bengkulu, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Maluku, serta Papua Selatan dan Tengah.

BMKG mengingatkan bahwa meskipun Indonesia umumnya tidak berada di jalur siklon, anomali cuaca dapat mengubah pola tersebut. Contohnya adalah siklon Senyar yang beberapa waktu lalu menyebabkan kerusakan luas dan hujan ekstrem lebih dari 380 mm/hari di Aceh.

Pada 28 Desember–10 Januari, hampir seluruh wilayah Pulau Jawa, Bali, NTT, NTB, hingga sebagian Sulawesi Selatan dan Papua Selatan berpotensi mengalami hujan tinggi hingga sangat tinggi (300-500 mm per bulan).

Di sisi lain, potensi banjir rob juga perlu diwaspadai di pesisir Jakarta, Banten, dan Pantura Jawa Barat. Terutama akibat fase perigee dan bulan purnama pada pertengahan Desember.

Gelar OMC di Tiga Bandara

Selain itu, untuk mendukung percepatan penanganan darurat dan distribusi logistik, BMKG bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjalankan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) di tiga bandara. Di antaranya Sultan Iskandar Muda (Aceh), Kualanamu (Sumatra Utara), dan bandara di Padang.

Tujuan operasi tersebut adalah untuk menurunkan hujan di wilayah tidak terdampak atau mencegah hujan di zona rawan bencana. Pelaksaan operasi ini menggunakan penyemaian NACL atau Calcium Oxide.

“OMC hanya bisa dilakukan bila gubernur menetapkan status siaga darurat. Tanpa itu, operasi tidak bisa berjalan karena biaya dan risikonya sangat besar,” jelasnya

BMKG menegaskan bahwa siklon tropis dapat diprediksi hingga delapan hari sebelumnya. Peringatan dini juga telah dikirimkan berulang saat adanya siklon Senyar. Untuk itu, pemerintah daerah dapat aktif berkonsultasi dengan Balai Besar BMKG dan segera menggelar rapat koordinasi bersama Forkopimda. Selain itu, mereka juga diminta memperkuat sistem respons dini menjelang libur Nataru.

BMKG juga membuka posko nasional di berbagai pelabuhan dan bandara. Selain itu, mereka menyiapkan aplikasi pendukung seperti radar cuaca, DWT untuk jalan raya, dan Inawis untuk pemantauan laut.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri, Muhammad Tito Karnavian juga menyinggung kejadian besar banjir bandang dan longsor. Bencana tersebut terjadi di Cilacap, Banjarnegara, Jawa Tengah, serta bencana luas di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat. Menurut Tito, hal itu menjadi peringatan nyata bahwa ancaman dapat muncul setiap saat dan di lokasi mana pun.

“Kita belum tahu apa yang menghadang ke depan. Sama seperti yang terjadi di Sumatra Utara, kejadiannya sangat cepat dan kita mungkin kurang siap,” ujarnya.

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top