Busa Berbau Terbang di Subang Imbas Tingginya Pencemaran Limbah

Reading time: 2 menit
Busa berbau terbang di Subang imbas tingginya pencemaran limbah. Foto: Tiktok@infobandungselatan0
Busa berbau terbang di Subang imbas tingginya pencemaran limbah. Foto: Tiktok@infobandungselatan0

Jakarta (Greeners) – Kemunculan gumpalan busa berbau yang berterbangan di Subang, Jawa Barat, telah menarik perhatian publik di media sosial. Guru Besar IPB University, Etty Riani menjelaskan fenomena ini akibat tingginya pencemaran limbah di perairan.

Menurut Etty, busa dapat terbentuk karena keberadaan surfaktan (zat aktif permukaan). Namun kemungkinan juga diakibatkan oleh reaksi kimia dan penguraian bahan organik dalam jumlah besar.

“Jika limbah surfaktannya banyak, maka akan membentuk gumpalan busa yang volumenya cukup besar dan bisa melayang di udara karena sifatnya sangat ringan,” ujar Etty mengutip laman Berita IPB, Selasa (11/11).

Ia menambahkan, ada beberapa jenis limbah yang dapat menyebabkan terbentuknya busa. Di antaranya, limbah rumah tangga dan industri yang mengandung surfaktan seperti deterjen dan sabun. Kemudian, limbah organik cair dari industri makanan. Terakhir, limbah kimia reaktif dari industri tekstil, pulp dan kertas, serta bahan kimia lainnya. Campuran berbagai jenis limbah ini dapat menghasilkan busa dalam jumlah sangat banyak dan mudah terbawa angin.

Kandungan surfaktan tersebut akan bekerja untuk menurunkan tegangan permukaan air. Saat surfaktan bekerja dan ada udara masuk, misalnya saat kita mengocok atau menggosok, mengaduk atau menggerakan air, maka udara tersebut bisa terperangkap dalam lapisan tipis air.

Selanjutnya, surfaktan tersebut akan membentuk lapisan film stabil di sekitar gelembung udara tersebut. Sehingga, busanya relatif stabil atau tidak cepat pecah. Kandungan zat dalam busa juga sangat bergantung pada sumber limbahnya.

Secara umum, lanjutnya, busa terdiri dari air, udara, dan surfaktan. Namun, jika busa berwarna gelap atau berbau menyengat, kemungkinan telah tercampur dengan bahan berbahaya dan beracun (B3). Misalnya, logam berat, benzene, atau toluene, atau berbagai jenis limbah B3 lainnya.

Potensi Penyakit dari Busa

Dengan adanya fenomena ini, Etty mengingatkan masyarakat untuk tidak menyentuh atau bermain dengan busa yang mencurigakan. Sebab, berpotensi menimbulkan iritasi kulit dan mata. Jika termakan dan masuk melalui kulit, berpotensi memunculkan penyakit serius seperti kanker jika terpapar dalam jumlah banyak dengan frekuensi yang sering.

Untuk mencegah kejadian serupa, Etty menekankan pentingnya pendekatan teknis, sosial, lingkungan, dan kebijakan. Ia menyarankan pemerintah melakukan pemantauan rutin limbah rumah tangga dan industri. Selain itu, menyediakan instalasi pengolahan air limbah (IPAL) komunal, serta mendorong masyarakat untuk menggunakan produk pembersih ramah lingkungan.

Etty menegaskan, selain penting untuk mengedukasi masyarakat, perlu juga ada revisi terhadap standar baku mutu surfaktan serta peraturan tegas mengenai pembuangan limbah cair ke ekosistem perairan.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top