Jakarta (Greeners) – Pemerintah Indonesia terus mempercepat upaya transisi energi dari sumber fosil ke energi terbarukan. Salah satu fokus utama dalam strategi ini adalah pengembangan teknologi fotovoltaik (panel surya). Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa panel surya menjadi prioritas dalam memperluas akses listrik ke pelosok negeri.
Presiden Prabowo Subianto menargetkan pemanfaatan energi surya untuk mengaliri sekitar 80 ribu desa di seluruh Indonesia. Menurutnya, pemanfaatan panel surya ini merupakan langkah yang lebih cepat ketimbang pembangunan pembangkit listrik berbasis hidro maupun nuklir.
“Saat ini, ada lima perusahaan dalam negeri yang sudah memiliki kapasitas produksi panel surya hingga 5 gigawatt. Presiden meminta agar ini digunakan untuk mempercepat elektrifikasi desa melalui sistem fotovoltaik,” kata Airlangga dalam Kumparan Green Initiative Conference di Jakarta, Rabu (17/9).
Saat ini pemerintah juga sedang mengkaji komposisi pemanfaatan fotovoltaik di kawasan urban dan pedesaan, termasuk skema skala besar lengkap dengan sistem baterai penyimpanan.
Panel Surya Bagian Hilirisasi Silika
Dalam mendorong fotovoltaik sebagai energi terbarukan, Airlangga juga mengatakan bahwa ini menjadi bagian dari hilirisasi silika. Hal ini juga tengah dalam pembahasan oleh Prabowo bersama Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil Lahadalia.
Airlangga menjelaskan bahwa hilirisasi silika dapat menghasilkan dua jalur produk utama. Jalur pertama, pengolahan silika menjadi kaca khusus (tingglass), yang pada proses selanjutnya menjadi panel surya. Kemudian pada jalur kedua, silika diproses melalui smelter menjadi wafer. Lalu dikembangkan menjadi sel surya (photovoltaic cell) atau teknologi sejenis seperti semivoltater.
Panel Surya Dorong Ekonomi Baru
Lebih lanjut, Airlangga mengatakan pengembangan energi surya juga akan mendorong terbentuknya ekosistem ekonomi baru berbasis baterai dan kendaraan listrik (electric vehicle).
“Ini bukan hanya untuk kendaraan listrik, tapi juga untuk mendukung sistem energi terbarukan secara umum. Semua potensi ini ada di dalam negeri,” jelas Airlangga.
Ia menegaskan, jika proyek elektrifikasi desa ini berhasil dalam 3–4 tahun ke depan, Indonesia bisa mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil secara signifikan.
Potensi Besar Energi Terbarukan Indonesia
Di samping itu, Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar. Potensinya mencapai 3.600 gigawatt (GW), termasuk dari geothermal, surya, hingga inovasi waste to energy.
Namun, para pakar lingkungan menekankan bahwa percepatan transisi hanya dapat terwujud melalui sinkronisasi perencanaan nasional dan implementasi di daerah. Sehingga, investasi energi tidak hanya menurunkan emisi, tetapi juga memberi manfaat nyata bagi industri, pendidikan, dan komunitas lokal.
Dosen Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia (UI) Mahawan Karuniasa juga mengatakan bahwa target ambisius menuju 100 persen energi terbarukan dalam 10 tahun ke depan, perlu dilihat dengan kacamata realisitis.
Ia mengatakan bahwa dari 15 persen bauran energi saat ini, Indonesia masih membutuhkan kenaikan rata-rata 8,5 persen per tahun. Angka tersebut delapan kali lipat lebih besar dari capaian historis.
“Artinya, perencanaan percepatan transisi energi harus hati-hati agar tidak menciptakan trade-off yang justru mengorbankan pertumbuhan ekonomi di tengah upaya menjaga keberlanjutan lingkungan,” jelasnya.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia












































