Pucuk Merah, Tanaman Andal Penyerap Karbon

Reading time: 3 menit
pucuk merah
Pucuk merah (Syzygium oleana). Foto: wikimedia commons

Siapa sih yang suka bila harus menghirup udara yang tercemar oleh asap kendaraan? Polusi udara bisa membuat nafas menjadi sesak, mata terasa perih, dan masalah kesehatan lainnya. Untuk mengurangi polusi udara di jalan raya, dinas pertamanan kota biasanya menanam tanaman penyerap karbon di pinggir atau tengah jalan raya.

Hari Pohon Sedunia yang diperingati setiap tanggal 21 November menjadi momentum yang baik untuk menanam tanaman yang dapat menyerap polutan, seperti tanaman pucuk merah (Syzygium oleana). Wilayah Indonesia merupakan salah satu tempat ideal untuk pucuk merah tumbuh karena tanaman ini sangat cocok hidup di daerah tropis.

Penelitian Wiwi Rahayu Ningsih, mahasiswi dari Pendidikan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, membuktikan bahwa pucuk merah memiliki kemampuan menyerap karbon dioksida (CO2) lebih besar dibandingkan jenis tumbuhan yang lain. Hal ini dilihat dari laju fotosintesis dan kandungan timbal (PB) daun pucuk merah. Penelitiannya ini sudah ia sampaikan dalam Seminar Nasional Pendidikan Biologi di Universitas Yogyakarta tahun 2017 lalu. Disamping itu, seperti dilansir pada laman jatinangor.itb.ac.id, tanaman ini dapat mencegah longsor dan menyimpan cadangan air. Hal ini dikarenakan tanaman ini memiliki struktur akar tunggang yang kokoh.

Tanaman pucuk merah adalah sejenis tanaman perdu yang memiliki ciri khas pada daunnya. Tanaman ini memiliki daun berwarna merah dan hijau. Diameter tanaman dapat mencapai 30 cm dengan tinggi mencapai 7 meter. Usia tanaman dapat mencapai puluhan tahun. Daunnya yang rimbun dan warna daun yang unik membuatnya cocok dijadikan sebagai penghias rumah dan taman.

pucuk merah

Tanaman pucuk merah memiliki daun berwarna merah dan hijau. Usia tanaman ini dapat mencapai puluhan tahun. Foto: wikimedia commons

Tanaman ini memiliki ciri-ciri, antara lain daun tunggal berbentuk lanset (ujungnya bermata dua), bertangkai sangat pendek, permukaan daun bagian atas mengkilat, ukuran daun panjang ± 6 cm dan lebar ± 2 cm, pertulangan daunnya menyirip. Warna daunnya akan mengalami perubahan. Ketika baru tumbuh berwarna merah menyala, kemudian berubah menjadi coklat, lalu berubah lagi menjadi warna hijau. Uniknya lagi jika diremas daunnya akan mengeluarkan aroma khas.

Pucuk merah berkerabat dekat dengan tanaman jambu air, salam, juwet, jambu darsono, jambu batu, dan masih banyak lagi karena diperkirakan terdapat sekitar 1.100 spesies dari genus Syzygium. Buahnya berbentuk bulat agak pipih. Pada permukaan bagian atas buah terdapat cekungan di bagian tengah. Diameter buah ± 0,7 cm. Buah yang sudah tua berwarna hitam mengkilat, rasanya manis dengan aroma yang khas sebagaimana buah dari famili jambu-jambuan. Bunga tanaman pucuk merah merupakan bunga majemuk.

Reproduksi alami tanaman ini adalah melalui biji, namun demikian tanaman ini dapat diperbanyak dengan cara cangkok atau stek. Suhu udara yang ideal bagi pucuk merah pada siang hari yaitu 28-36°C, sedangkan suhu malam hari yaitu 24-30°C. Agar tanaman ini tumbuh dengan indah, diperlukan cahaya matahari yang cukup agar warna tunasnya tetap berwarna merah dan bentuk tajuk tanaman tetap terjaga.

Selama ini tanaman pucuk merah dikenal sebagai tanaman hias yang banyak ditanam di halaman rumah, kantor, sekolah, hingga di tepi jalan. Selain kemampuannya menyerap polusi udara, tanaman ini ternyata bermanfaat bagi kesehatan manusia. Kandungan flavonoid antosianin dalam daun pucuk merah berpotensi untuk dikembangkan menjadi teh kesehatan dan antioksidan yang efektif mengatasi ancaman radikal bebas.

Penulis: Sarah R. Megumi

Top