Desainer Asal New York Buat Kursi Gulung dari Denim Bekas

Reading time: 2 menit
Desainer asal New York membuat kursi gulung dari denim bekas. Foto: Yanko Design
Desainer asal New York membuat kursi gulung dari denim bekas. Foto: Yanko Design

Seorang desainer kerap kali menemukan cara kreatif untuk mengubah barang bekas menjadi sesuatu yang baru, fungsional, sekaligus artistik. Hal itu pula Caroline Chao lakukan. Ia merupakan seorang arsitek asal New York yang kemudian beralih menjadi desainer objek. Bersama G-STAR RAW, ia menciptakan kursi gulung unik dengan memanfaatkan denim bekas.

Chao memiliki latar belakang pendidikan di Harvard dan University of Pennsylvania. Meski awalnya berfokus pada proyek arsitektur skala kecil, karya-karyanya selalu mengeksplorasi bagaimana sebuah objek bisa diubah menjadi sesuatu yang tak terpikirkan sebelumnya. Kursi gulung ini menjadi salah satu contohnya.

Inspirasi muncul ketika Chao membaca tentang benda-benda yang dirancang agar mudah dibongkar pasang, khususnya furnitur perkemahan dan militer, yang menekankan portabilitas dan fungsi di atas estetika.

Dari situ, ia melihat ada kesamaan menarik dengan denim. Kain yang dulunya identik dengan pakaian kerja itu kini berevolusi menjadi tren fashion, tanpa kehilangan sisi fungsionalnya.

Chao kemudian memiliki rasa penasaran apakah furnitur perkemahan yang kerap terlupakan bisa ia interpretasikan kembali sebagai karya seni? Pertanyaan itu mendorongnya untuk menciptakan kursi gulung. Kursi tersebut bukan hanya nyaman dan praktis, tapi juga memicu percakapan tentang furnitur di dunia modern yang tidak memakan banyak tempat.

Dari ide-ide kreatifnya, alhasil desain kursi ini mencerminkan filosofi tersebut. Dudukan dan sandaran ia buat dari gulungan bantalan berbahan denim G-STAR, memberikan permukaan yang lembut, nyaman, dan kaya tekstur, mirip matras tidur yang akrab dengan karakter denim mentah.

Detail kancing jepret perak juga terinspirasi langsung dari konstruksi jeans, mengikat bantalan sekaligus memperkuat hubungan antara garmen dan furnitur. Hasilnya, barang ini berhasil memadukan fungsi, keberlanjutan, dan sentuhan estetika yang terasa autentik.

Rangka Kursi Gulung dari Baja Industri

Tak hanya itu, rangka kursi gulung ini juga terbuat dari komponen baja industri. Biasanya, komponen tersebut dipakai untuk pegangan tangan atau saluran listrik. Pilihan material tak biasa ini mencerminkan ketertarikannya pada penggunaan ulang benda sehari-hari untuk fungsi baru, sekaligus mengurangi limbah.

Seluruh desain kursi ini mudah untuk dibongkar pasang. Bahkan, bisa digantung di dinding yang mengubah furnitur fungsional menjadi karya seni. Meski terlihat konseptual, Chao tetap memperhatikan ergonomi, yakni dudukan dan sandaran cukup proporsional untuk memberi kenyamanan duduk, terutama dalam waktu singkat.

Lebih dari sekadar menggunakan material bekas, desain modular kursi ini menjawab tantangan hidup di kota padat seperti New York. Furnitur yang ringkas, fleksibel, dan bisa berfungsi ganda sangat relevan untuk ruang kecil dan mobilitas tinggi.

Dengan terciptanya kursi gulung ini telah menyadarkan kita bahwa terciptanya barang yang kreatif bukan hanya soal estetika, tapi juga tentang keberlanjutan. Sehingga, inovasi-inovasi seperti ini bisa menjadi terobosan baru bagi dunia kreatif yang mendukung keberlanjutan.

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

 

 

Top