Barang dan mainan bekas ketika sudah selesai pakai seringkali hanya berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Namun, bagi sosok pasangan yang bergiat dalam dunia seni, Evan Driyananda dan Attina Nuraini, benda-benda tersebut justru memiliki potensi besar, yang bisa mereka olah kembali melalui kegiatan berkesenian yang mereka jalankan, yaitu REEXP (Recycle Experience).
Lewat REEXP, mainan patah, kaleng kosong, hingga peralatan rumah tangga mereka rangkai jadi karya seni yang penuh warna. Ide ini juga lahir dari ketertarikan mereka pada pop culture dan toys art movement.
Attina mengatakan bahwa pada mulanya REEXP merupakan ekspresi yang lahir dari keinginan untuk mengubah serta menata ulang berbagai benda temuan yang cenderung terlupakan, bahkan tidak diharapkan keberadaannya dalam kehidupan sehari-hari.
“Benda-benda tersebut kemudian kami jadikan media penciptaan karya seni melalui tahapan eksperimen dan eksplorasi dengan menggunakan found object. Ini sebagai media utama yang kami gunakan dalam proses penciptaan karya,” kata Attina kepada Greeners.
Secara visual, karya-karya REEXP juga banyak terinspirasi dari wujud karakter yang hidup dalam imajinasi para perupa. Karya-karya tersebut tampil melalui deformasi objek, mengangkat tema kebahagiaan, keajaiban, mimpi, dongeng, taman bermain, dunia imajinatif, hingga cerita-cerita keseharian yang sering terlupakan. Semua hal itu menjadi sumber ide dan gagasan mereka dalam berkarya.
Benda Temuan Sehari-hari
Dalam pengumpulan material, pada awalnya mereka menggunakan benda-benda temuan sehari-hari. Seiring waktu berjalan, semakin banyak orang yang mengetahui proses berkarya mereka, sehingga makin banyak pula apresiator yang menyumbangkan benda tak terpakai yang sudah terpilah.
Kebutuhan materialnya juga selalu disesuaikan dengan karya yang akan diciptakan. Jenis barang bekas pun sangat beragam. Umumnya berupa objek temuan dan material non-organik yang memiliki volume, ketebalan, dan kekuatan untuk mereka olah kembali, selama tidak berbahan pecah belah.
“Belakangan ini, REEXP banyak mengolah mainan bekas, peralatan rumah tangga, dan kaleng,” tambahnya.
Dengan teknik potong-sambung dan konstruksi, Evan dan Attina mengubah benda-benda bekas menjadi patung dan instalasi tiga dimensi. Buat mereka, karya ini bukan hanya soal keindahan, tapi juga cara menyampaikan pesan bahwa barang bekas masih bisa punya nilai baru, bukan sekadar menumpuk jadi sampah yang mencemari lingkungan.
Sementara itu, material yang dipakai sebagian besar dikumpulkan secara mandiri, namun banyak juga yang diperoleh dari apresiator. Beberapa kali REEXP menjalin kerja sama dengan pihak luar seperti mal, toko elektronik, toko interior rumah, hingga brand kosmetik yang menyumbangkan produk rusak, kemasan kosong, maupun barang tak terpakai lainnya, biasanya untuk proyek commission art.
Proses Panjang Recycle Experience
Di balik kegiatan seni melalui Recycle Experience, Evan dan Attina memiliki cerita tersendiri. Pasangan ini mulai berkarya bersama sejak masa perkuliahan sekitar tahun 2006, dan pertama kali mengikuti pameran pada kisaran tahun 2011. Dari situ, muncul kesadaran akan adanya kesamaan ketertarikan, inspirasi, serta harapan di antara keduanya.
Selain itu, saat awal mereka berproses menciptakan sebuah karya, Bandung juga sedang menghadapi krisis sampah. Saat itu, banyak tempat pembuangan sampah ditutup dan sampah menumpuk di jalan-jalan besar yang mereka lalui setiap hari. Situasi tersebut kemudian memunculkan ide untuk memanfaatkan benda-benda tak terpakai di sekitar mereka.
Attina mengakui bahwa tantangan terbesar dalam berkarya terletak pada proses kreatif itu sendiri. Hal itu menuntut rasa, daya imajinasi, dan pola pikir yang selalu terasah. “Proses ini menjadi kejutan dan hal-hal tak terduga yang tidak bisa diprediksi sebelumnya,” ungkapnya.
Namun, baginya di situlah letak keistimewaannya. REEXP berkarya dengan memanfaatkan material yang sudah ada, bukan material baru yang diciptakan. Oleh karena itu, dalam memulai sebuah karya, mereka berpijak pada konsep dan imajinasi sebagai langkah awal berkarya.
Kolaborasi Meluas
Selain aktif mengikuti berbagai pameran, REEXP juga kerap diajak berkolaborasi dengan perusahaan, brand, maupun penyelenggara kegiatan seni. Dalam beberapa kesempatan, mereka juga diundang untuk mengisi workshop, baik di galeri seni, ruang publik, maupun sekolah.
Dengan menggunakan found object sebagai media, workshop ini juga secara tidak langsung menghadirkan pembelajaran lingkungan melalui cara yang menyenangkan dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.
“Dalam berkarya, kami memiliki tujuan mengajak orang, khususnya anak-anak, untuk lebih bijak dan peka terhadap lingkungan di masa kini hingga masa depan,” kata Attina.
Selama REEXP menampilkan karya-karya yang penuh estetikanya, mereka kerap mendapatkan respons apresiator yang baik. Dukungan pun banyak datang terhadap hasil karya mereka.
Karakter visual yang khas, penuh cerita, serta nuansa playful dan menyenangkan menjadi daya tarik tersendiri dari REEXP. Namun, lebih dari itu, Evan dan Attina ingin menghadirkan kebahagiaan. Bagi mereka, berkarya adalah cara untuk mengubah yang biasa jadi luar biasa, sekaligus membagikan energi positif kepada siapa pun yang melihatnya.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia












































