Jakarta (Greeners) – Keindahan langit Puncak Bogor kembali menjadi saksi perjalanan menakjubkan burung-burung pemangsa yang bermigrasi melintasi Indonesia. Kegiatan Weekend Birding oleh Perhimpunan Pelestarian Burung Liar Indonesia (Burung Indonesia) kali ini mengajak masyarakat menikmati wisata edukatif sambil mengamati raptor di habitat alaminya.
Bertempat di kawasan Paralayang, Puncak Bogor, penyelenggaraan acara ini bertepatan dengan agenda tahunan Raptor Migratory Watch 2025—kegiatan pemantauan burung pemangsa migran yang terbang melintasi langit selatan Jawa Barat.
Edukasi dan Konservasi Burung Pemangsa
Program ini bertujuan memantau populasi serta pola migrasi burung pemangsa (raptor) sekaligus menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga habitat alami mereka. Melalui pengamatan langsung, peserta diajak mengenal jenis-jenis raptor migran, memahami perilaku terbangnya, dan mengetahui peran pentingnya dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
Sebagai predator puncak, raptor berperan mengendalikan populasi mangsa sehingga ekosistem tetap seimbang. Karena itu, kehadiran mereka menjadi indikator penting dari kesehatan lingkungan. Dalam ilmu ekologi, burung pemangsa terkenal sebagai bioindikator, yaitu penanda kualitas ekosistem di suatu wilayah.
Antusiasme Peserta di Paralayang Puncak
Sejak pagi pukul 08.00 WIB, sebanyak 43 peserta berkumpul di kawasan Paralayang yang sejuk dan berkabut tipis. Acara dibuka dengan diskusi interaktif bersama fasilitator dari Burung Indonesia, yang menjelaskan fenomena migrasi burung pemangsa dari Asia Timur ke wilayah tropis setiap tahunnya.
Peserta kemudian melakukan pengamatan langsung, menatap langit biru untuk menyaksikan ratusan burung raptor yang melintas di atas perbukitan Puncak. Aktivitas ini memberikan pengalaman langsung yang berharga, melatih ketajaman peserta dalam mengenali ciri fisik dan pola terbang setiap spesies raptor.
Kegiatan selanjutnya adalah diskusi hasil pengamatan. Peserta bersama tim Burung Indonesia membahas spesies raptor yang teridentifikasi, arah migrasinya, serta kondisi lingkungan yang memengaruhi perilaku terbang mereka.
Mengenal Musim Migrasi Burung Pemangsa
Setiap tahun, ribuan burung pemangsa migran menempuh perjalanan ribuan kilometer dari negara asal seperti Jepang, Cina, dan Siberia menuju kawasan tropis di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Diperkirakan lebih dari satu juta raptor melintasi jalur migrasi Asia Timur–Australasia (East Asian–Australasian Flyway) sepanjang 7.000 kilometer. Burung-burung ini menempuh dua rute utama. Pertama, East Asian Continental Flyway (EACF) melalui Thailand, Malaysia, hingga Indonesia. Kemudian, East Asian Oceanic Flyway (EAOF) yang melintasi Filipina.
BACA JUGA: Spesies Burung Indonesia 2025 Capai 1.835, Ada Kemajuan dalam Konservasi
Letak Indonesia yang berada di garis khatulistiwa menjadikannya lokasi strategis bagi burung migran untuk beristirahat dan mencari makan sebelum melanjutkan perjalanan ke selatan. Sayangnya, perjalanan panjang burung migran ini tidak selalu mudah. Perubahan fungsi lahan, pembangunan gedung tinggi, serta berkurangnya hutan menjadi ancaman serius yang mengganggu jalur migrasi mereka. Banyak burung raptor yang kelelahan atau menabrak bangunan dalam perjalanan.
Untuk mengatasi hal ini, Burung Indonesia bersama pemerintah, akademisi, dan lembaga konservasi terus mendorong kolaborasi dalam pemantauan dan perlindungan burung migrasi di seluruh nusantara.
Bukit Paralayang: Titik Strategis Pengamatan Raptor
Kawasan Bukit Paralayang, Puncak Bogor, terkenal sebagai salah satu lokasi terbaik di Indonesia untuk menyaksikan burung pemangsa bermigrasi. Topografinya yang tinggi dan dikelilingi hutan alami membuat tempat ini ideal untuk mengamati burung terbang bebas di udara.
Dalam pengamatan kali ini, peserta berhasil mencatat sejumlah spesies raptor migran seperti:
- Sikep-madu asia (Pernis ptilorhynchus)
- Elang-alap nipon (Accipiter gularis)
- Elang-alap cina (Accipiter soloensis)
Selain raptor migran, beberapa jenis burung pemangsa penetap (residen) juga tampak menghiasi langit, seperti elang-ular bido (Spilornis cheela) dan elang hitam (Ictinaetus malaiensis). Data hasil pengamatan ini akan digunakan untuk memperkaya basis data migrasi burung pemangsa di Indonesia.
Penulis: Indiana Malia











































