Kebon Belajar: Mengenal Alam dan Menciptakan Pangan Secara Mandiri

Reading time: 2 menit
Tim Tunas Nusa
Para anggota tim Tunas Nusa. Foto: http://tunasnusa.org

Maraknya alih fungsi lahan pertanian menjadi permukiman mendorong komunitas Kebon Belajar Tunas Nusa menciptakan pangan secara mandiri. Atas keprihatinan tersebut, mereka juga melakukan edukasi dan mengenalkan alam kepada masyarakat.

Kebon Belajar Tunas Nusa merupakan program kerja dari Yayasan Tunas Nusa yang bergerak dalam bidang pendidikan dan penelitian. Dari penelitian yang telah dilakukan dari 1996, komunitas ini menemukan peluang untuk mempromosikan jaringan yang terintegrasi dengan wilayah pinggiran kota.

Tahun 2013, Kebon Belajar Tunas Nusa membuat sebuah proyek percobaan yang diinisasi sebagai laboratorium hidup. Komunitas ini merupakan sejenis pertanian rumah tangga yang menggabungkan wisata edukatif dan kegiatan ekonomi. Mereka juga menerapkan sistem permakultur untuk memperbaiki ekologis yang tercemar meliputi tanah, air, dan keanekaragaman hayati.

Baca juga: Indonesia Berkebun: Menumbuhkan Kembali Budaya Menanam

Didirikan di lahan seluas 1.500 meter yang terletak di Desa Rancaekek Wetan Kabupaten Bandung, Pendiri Yayasan Tunas Nusa, Ramalis Sobandi mengaku bahwa Kebon Belajar memang bertujuan sebagai objek penelitian. “Untuk pertama kalinya Kebon Belajar Tunas Nusa di 2017 menerima mahasiswa untuk penelitian dengan objek air, tanah, pola tanam, urbanisasi, dan pertanian vertikultur,” ucapnya.

Kegiatan komunitas ini berfokus dalam bidang pertanian yang menciptakan pangan lokal. Dengan memanfaatkan metode penghematan pemakaian benih, air, pupuk kimia, dan pestisida kimia, Kebon Belajar memberdayakan petani dan kearifan lokal melalui Sistem Intensifikasi Padi (System of Rice Intensification/SRI).

Meskipun bekerja di lahan SRI yang hanya seluas 900 meter, kata Ramalis, hal tersebut tidak mengurangi kualitas produksi padi. Bahkan setiap menanam padi satu kali mereka juga dapat memanen ikan dua kali karena sepanjang empat bulan dilakukan pembudidayaan ikan.

Kebon Belajar

Para peserta di Kebon Belajar Tunas Nusa, 24 April 2016. Foto:

Sisa lahan yang ada dimanfaatkan oleh Kebon Belajar untuk menanam tumbuhan dengan metode permakultur. Saat ini sudah ada lebih dari 258 jenis tanaman dari beragam buah-buahan seperti pisang, pepaya, markisa, jeruk, nangka, sayur-mayur, murbei, dan jagung di sana.

“Jadi, Kebon Belajar bertujuan sebagai contoh untuk masyarakat bisa mencoba dan melihat. Gagal atau berhasil yang penting masyarakat melihat. Apa yang ingin kita sebarkan adalah keinginan mencoba dan berusaha bukan hanya keberhasilan,” ucap Ramalis kepada Greeners melalui telepon, Kamis, (21/5/2020).

Menurutnya untuk menumbuhkan gaya hidup sehat dan memenuhi kebutuhan harus berawal dari diri sendiri. Ramalis mencontohkan, komunitas berperan sangat penting untuk saling mendukung dan mengingatkan.

Baca juga: Komunitas Kresek Solo: Jangan Tunggu Terinspirasi, tapi Bergerak untuk Menginspirasi

Ia menyarankan bila ingin memulai berkebun, hendaknya menanam tanaman yang paling mudah terlebih dahulu seperti kangkung, toge, bayam, dan tomat.  “Intinya jangan putus asa dalam menghasilkan pangan sehat dan terus mencoba dalam menghasilkan pangan lokal,” ujarnya.

Kemudian mengenai edukasi berbasis wisata yang dilakukan Kebon Belajar, ia berharap agar lebih banyak orang yang sadar akan pangan sehat. Inovasi dan  penelitian, kata dia, juga harus berjalan seiring agar mendapatkan hasil yang memuaskan. “Edukasi kepada generasi penerus mengenai lingkungan serta pengelolaan pangan lokal harus ditingkatkan,” katanya.

Penulis: Ridho Pambudi

Top