Greeners 9th Anniversary: Journalism On Bike

Reading time: 19 menit
Foto: greeners.co

Foto: greeners.co

Jurnal Wangon-Purwodadi

27 Agustus 2014, Day 5

Pukul 06.00 WIB, matahari terlihat indah di cakrawala. Pagi ini, kami kembali bersiap melanjutkan perjalanan dari Wangon. Setelah sarapan dan semua tim Journalism On Bike siap, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju Purwodadi.

Di awal perjalanan, kami dikagetkan oleh banyaknya kendaraan-kendaraan besar. Selama satu jam pertama, saat tubuh masih dalam tahap pemanasan bersepeda, kami juga harus beradaptasi dengan banyaknya truk – truk ekspedisi yang melintas disamping kami.

Selain jalanan yang bergelombang, angin dari truk – truk yang melintas membuat handling saat bersepeda menjadi lebih sulit. Sungguh bukanlah hal yang mudah mengendalikan sepeda dalam kondisi demikian.

Truk-truk berukuran besar melintas di jalan yang sempit. Foto: greeners.co

Truk-truk berukuran besar melintas di jalan yang sempit. Foto: greeners.co

Di sepanjang jalur selatan, kami melewati kemacetan panjang akibat antrian truk ekspedisi yang mengular berkilo-kilometer di setiap SPBU. Menurut salah seorang pegawai SPBU di daerah Candisari, antrian tersebut dikarenakan keberadaan solar semakin sulit didapat karena dibatasi oleh pemerintah beberapa hari terakhir ini.

Kapasitas maksimal pengisian Solar di SPBU pun dibatasi, untuk truk besar maksimal 300 liter, dan untuk truk kecil maksimal 200 liter saja. Langkah tersebut dilakukan oleh pihak manajemen SPBU agar stok Solar tidak cepat habis, dan agar truk ekspedisi lainnya bisa mendapatkan Solar.

Antrian truk mengular hingga berkilo-kilo meter di beberapa SPBU untuk membeli solar. Foto: greeners.co

Antrian truk mengular hingga berkilo-kilo meter di beberapa SPBU untuk membeli solar. Foto: greeners.co

Memasuki kabupaten Banyumas hinggga Kebumen, kami perhatikan di setiap 100 meter terdapat beberapa replika tunas kelapa dengan nama sekolah (kebanyakan sekolah dasar). Hal ini menandakan bahwa di kawasan ini hari jadi pramuka masih diperingati. Ciri tersebut juga membedakan wilayah ini dengan kota-kota lain yang kami lewati.

Pukul 14.30 WIB, kami sudah memasuki kawasan Daendles. Begitu memasuki jalur Daendles, mulai terasa perbedaan. Jalur Daendles begitu sepi dari kendaraan-kendaraan bermotor, berbeda dengan jalur utama yang dipenuhi kendaraan besar. Namun, kesulitan dari jalur Dandles adalah angin yang besar, sehingga kayuhan terasa berat meski jalanannya datar. Kami menyiasati kondisi ini dengan bergantian sebagai leader pemecah angin satu persatu.

Kian lama, matahari mulai tenggelam. Kami pun menyiapkan lampu sepeda untuk menerangi jalanan yang gelap gulita. Di jalur Daendles sangat minim penerangan dan sebagian besar jalannya bergelombang dan banyak tambalan. Untuk melakukan perjalanan malam dijalur ini, kami harus lebih berhati-hati.

Pukul 20.15 WIB, kami memutuskan untuk beristirahat dan makan malam di sebuah warung sate di daerah Purwodadi. Rencana awal kami adalah menginap di Wates, namun karena waktu yang sudah larut malam maka kami memutuskan untuk menginap di warung tersebut. Jarak yang kami tempuh pada etape ini adalah 122 km.

(Tim Journalism On Bike)

Top