Jakarta (Greeners) – Warga lintas iman di Banyuwangi mengisi kegiatannya dengan belajar siklus hidup buah naga dan membuat selai dari kulit buah naga di Balai Dusun Sumberjambe, Desa Temurejo, Sabtu (27/9). Kegiatan ini merupakan bagian dari program Strengthening Youth Multifaith Leader Initiative on Climate Justice through Ecofeminism (SMILE) oleh Eco Bhinneka Muhammadiyah.
Inisiatif ini bertujuan mendorong kepemimpinan kaum muda lintas agama, perempuan, dan kelompok difabel untuk menghadapi krisis iklim secara adil dan inklusif. Berbagai organisasi pemuda lintas iman turut serta dalam kegiatan ini. Di antaranya AMONG (Anak Muda Eco Bhinneka Blambangan), Pemuda Katolik, Pemuda Kristen, Pemuda Muhammadiyah Cabang Bangorejo, Nasyiatul Aisyiyah Ranting Sumberjambe, Aisyiyah, PKK Temurejo, Fatayat, WHDI, dan Peradah.
Menurut Focal Point SMILE Eco Bhinneka Banyuwangi, Zahrotul Janah, kehadiran beragam organisasi lintas iman ini merupakan refleksi nyata dari semangat kebersamaan dan kebhinekaan generasi muda dalam memaksimalkan potensi lokal.
Baginya, hal ini menjadi penting untuk kemajuan dan kemakmuran ekonomi masyarakat, khususnya daerah Sumberjambe, Temurejo. Dusun Sumberjambe, Temurejo memiliki komoditas utama yakni buah naga yang hingga kini begitu menjanjikan nilai jualnya.
“Kami tim Eco Bhinneka telah merangkum berbagai aspirasi tentang komoditas utama pertanian di Sumberjambe ini. Untuk bisa menjadi suatu produk, kami tuangkan menjadi pelatihan pembuatan selai dari kulit dan buah naga. Ini sejalan dengan salah satu pendekatan Eco Bhinneka yaitu pendekatan Eco Sociopreneurship,” ujar Zahrotul dalam keterangan tertulisnya.
Buah Naga Komoditas Utama
Sementara itu, Kepala Desa Temurejo, Fuad Musyadad menuturkan bahwa desa ini memiliki komoditas utama buah naga. Bahkan, saat ini sedang menjalankan pilot project pengembangan lahan 50 hektare.
“Kami menerima dengan tangan terbuka, jika Eco bhinneka menjadi bagian dari pilot project ini terutama pada pengembangan produksi olahan,” ungkapnya.
Para peserta antusias mengikuti pemaparan materi tentang siklus hidup buah naga oleh I Wayan Misdianto, yang kemudian dilanjutkan dengan praktik pembuatan selai buah naga oleh Nina Rosita. Kegiatan ini membantu mereka memahami cara memanfaatkan potensi lokal secara optimal. Dengan demikian, kegiatan ini mampu untuk mendorong generasi muda untuk responsif dan inovatif dalam memanfaatkan potensi lokal yang ada.
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia











































