Greeners.Co Ajak Mahasiswa UGM Mengenal Ecopreneurship

Reading time: 3 menit
Greeners.Co mengajak mahasiswa UGM mengenal lebih dekat tentang ecopreneurship. Foto: Dini Jembar Wardani
Greeners.Co mengajak mahasiswa UGM mengenal lebih dekat tentang ecopreneurship. Foto: Dini Jembar Wardani

Jakarta (Greeners) – Ecopreneurship atau wirausaha ramah lingkungan kian menjamur di sektor bisnis. Greeners.Co lewat program Campus Visit Editorial Trip Yogyakarta mengajak mahasiswa Universitas Gadjah Mada mengenal lebih dekat tentang ecopreneurship.

Acara yang digelar pada Jumat (27/10) di Taman Timur Fakultas Kehutanan ini bertemakan Eco Culture Business Initiatives-Bisnis Ramah Lingkungan dengan Pendekatan Budaya. Kota Yogyakarta menjadi kota kedua yang Greeners kunjungi.

Pada kesempatan ini, sejumlah narasumber hadir memaparkan konsep ecopreneurship yang berdampak pada pengurangan sampah. Di antaranya Kepala Subdirektorat Tata Laksana Produsen Direktorat Pengurangan Sampah KLHK, Ujang Solihin Sidik, Analis Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Yuke Djulianti.

Kemudian, Packaging Circularity-Upstream Manager Danone Indonesia, Dian Savita Putri dan Senior Social Education Lead Dietplastik Indonesia, Sarah Rauzana pun turut hadir.

BACA JUGA: Ekonomi Sirkular Dorong Industri Minimalisir Kerusakan Alam

Ujang Solihin atau Uso mengatakan aktor yang bertanggung jawab akan sampah yaitu seluruh elemen masyarakat. Bukan lagi pemerintah dan pihak-pihak tertentu saja. Satu hal yang paling penting untuk dilakukan yaitu menggencarkan pengurangan sampah di hulu terlebih dahulu.

“Urusan sampah kita kebanyakan di penanganan. Kalau hanya fokus pada penanganan, itu hanya menunggu adanya sampah. Ya, akhirnya persoalan TPA–misalnya Piyungan–akan jadi bom waktu. Harus kurangi dulu sebanyak-banyaknya, nanti lebih mudah di penanganannya,” ujar Uso.

Lewat ecopreneurship dengan konsep guna ulang juga bisa diterapkan. Sehingga, ada peluang bisnis dari sebuah kebijakan yang menekan persoalan pengurangan sampah.

“Banyak startup yang bergerak dalam bidang pengurangan sampah. Temen startup ini memanfaatkan isu pengurangan sampah, itu jadi bisnis dan usaha. Di Jogja, ini bisa diadaptasi dengan culture dan budaya yang berkembang. Ketika diterjemahkan sesuai dengan karaktristik budaya yang berkembang juga,” ucap Senior Social Education Lead Dietplastik Indonesia, Sarah Rauzana.

Greeners.Co mengajak mahasiswa UGM mengenal lebih dekat tentang ecopreneurship. Foto: Dini Jembar Wardani

Greeners.Co mengajak mahasiswa UGM mengenal lebih dekat tentang ecopreneurship. Foto: Dini Jembar Wardani

Yogyakarta Miliki Program Pengurangan Sampah

Sementara itu, Yuke dari DLH Kota Yogyakarta menyatakan bahwa Kota Yogyakarta telah menjadi trend center saat TPA Piyungan tutup. Menanggapi peristiwa tersebut, DLH Kota Yogyakarta sigap membentuk sejumlah program untuk mengurangi penumpukan sampah ke TPA.

“Kami membentuk gerakan zero sampah organik (GZSA) melalui surat edaran yang keluar pada bulan Desember tahun 2022. GZSA ini merupakan upaya mengurangi sampah organik dan melarang sampah anorganik dibawa ke tempat pembuangan sementara atau TPS,” ucap Yuke.

DLH Kota Yogyakarta menyarankan warga untuk mengelola sampahnya secara mandiri. Kemudian, mengarahkan warga untuk membuang sampah anorganiknya ke bank sampah terdekat.

“Di kota Yogyakarta ada 600 bank sampah, jadi kami harap warga dapat menyalurkan sampah anorganiknya ke bank sampahnya. Nah, untuk pelaku usaha ini membentuk bank sampah khusus atau kerja sama dengan bank sampah di sekitar wilayahnya,” ujar Yuke.

Greeners.Co mengajak mahasiswa UGM mengenal lebih dekat tentang ecopreneurship. Foto: Dini Jembar Wardani

Greeners.Co mengajak mahasiswa UGM mengenal lebih dekat tentang ecopreneurship. Foto: Dini Jembar Wardani

Greeners.Co Kunjungi TPS3R Panggungharjo

Dalam perjalanan Editorial Trip Kota Yogyakarta ini, Greeners.Co juga turut mengunjungi Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) di Kelurahan Panggungharjo, Kabupaten Bantul. TPS3R ini juga telah menjadi lokasi pendampingan Danone Indonesia dalam program Inclusive Recycle Indonesia (IRI) sejak tahun 2019.

“Kami bersama desa mengoptimalkan TPS3R ini sebagai fasilitas pengelolaan sampah di desa. Hal ini tentu tujuannya untuk mengurangi sampah yang masuk ke TPA,” ujar Packaging Circularity-Upstream Manager Danone Indonesia, Dian Savita Putri.

BACA JUGA: Derasnya Informasi dan Teknologi Dorong Geliat Bisnis Minim Sampah

Selain itu, Danone Indonesia juga berkontribusi untuk terus mengembangkan sumber daya manusia yang bekerja di TPS3R Panggungharjo. Khususnya memberi pelatihan keselamatan kerja. Kemudian, mendorong agar para pekerja di sana bisa memiliki jaminan kesehatan dan ketenagakerjaan.

“Karena mereka harus punya pekerja itu dengan aman, jadi harus mengenali potensi-potensi berbahaya. Nah, itu kami juga support,” tambah Vita.

Pihak Danone bersama pengelola TPS3R Panggungharjo juga memberikan sebuah lapangan pekerjaan yang lebih luas dengan memanfaatkan SDM yang dekat dengan kawasan tersebut.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top