Pahlawan itu Bernama Cacing Tanah

Reading time: 4 menit

Dalam urusan menggemburkan tanah, akulah ahlinya. Ketika aku  memakan tanah sambil bergerak, secara langsung aku membuat jalur berupa lubang atau terowongan. Lubang-lubang tersebut secara otomatis menambah porositas tanah, atau daya serap tanah terhadap air dan oksigen. Akar tanaman juga akan lebih mudah menembus tanah dengan adanya lubang-lubang tersebut.

Manusia sering salah kaprah dan menganggapku sebagai hama dan sering disamakan dengan nematoda atau ulat pemakan tumbuhan. Padahal aku tidak memakan vegetasi hidup aku hanya memakan bahan organik mati sisa-sisa tanaman dan hewan. Aku sanggup memakan tanah sebanyak dua kali bobot tubuhku per hari. Kalau dihitung tanah yang numpang lewat dipencernaanku bisa mencapai 15 ton/ha/tahun.

Tanah yang ku keluarkan setelah melewati masa pencernaan akan membentuk casting, di Indonesia dikenal sebagai ”kascing” (bekas cacing), berupa gumpalan tanah gembur yang mengandung unsur hara tinggi. Dalam jangka waktu tertentu, kegiatanku mencampur tanah dan mengaduknya dengan casting akan membentuk tanah yang subur, tanpa merusak struktur asli tanah.

Proses makan dan membuat lubang akan membuat bahan tanah lapisan atas dengan lapisan bawah bercampur (biopedoturbasi) tentunya akan menambah kesuburan. Sedangkan bahan organik yang ku cacah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil memudahkan mikroorganisme lain untuk menguraikannya, proses ini disebut juga proses dekomposisi.

Kehebatanku dalam mengubah bahan organik tanah menjadi casting membuat banyak orang yang menggunakan jasaku sebagai pembuat pupuk atau kompos yang lebih dikenal dengan ”vermikompos”. Kompos tersebut merupakan campuran casting dan media tempat ku dibudidayakan.

Top