Mode
Dibutuhkan banyak hal untuk membuat satu pakaian. Fashion Revolution mengajak seluruh dunia untuk peduli terhadap isu-isu yang terjadi di dunia mode, khususnya terhadap semua yang terlibat dalam industri ini. Salah satunya adalah eksploitasi terhadap buruh.
Mengubah sampah menjadi produk fesyen yang berkualitas memang tidak mudah namun bukan hal yang tidak mungkin dilakukan. Amy Merli melakukannya dengan cara yang unik: menggagas Trashion Fashion Show.
Stella McCartney telah lama dikenal memiliki perhatian besar terhadap fesyen bebas material hewani. Belum lama ini, Stella memperkenalkan material baru yang ia sebut “skin-free skin”. Apa itu?
Secara global, peternakan hewan dalam industri mode memiliki karakteristik yang sama. Dengan metode kurungan, pelaku usaha budidaya hewan kerap memaksimalkan keuntungan melalui berbagai cara.
Annika Nicklinson, seorang desainer dan penulis asal London, mendirikan Annika-N. Seluruh produk dan jasa yang ditawarkan Annika-N ditujukan untuk mengurangi limbah pakaian di tempat pembuangan akhir.
XXLab merupakan inisiatif dari 5 wanita dari Yogyakarta. Mereka mengembangkan SOYA C(O)U(L)TURE, yaitu kain berbahan dasar limbah dari pabrik tahu dan tempe.
Devocean, sebuah penyedia elemen fesyen di Florida, Amerika Serikat, mendedikasikan penjualan produknya untuk pemeliharaan laut, khususnya konservasi penyu laut.
Tidak banyak pelengkap mode yang dapat memberi pesona lebih bagi pemakainya. Hal inilah yang ditawarkan oleh Secret Wood Rings. Cincinnya tidak hanya mempercantik jemari, namun juga membawa keindahan alam yang misterius.
Emma Watson kembali menunjukkan dukungannya pada produk-produk fesyen “hijau”. Sepanjang tur promosi film terbarunya “Beauty and The Beast”, ia tampil chic dan fashionable dalam balutan busana yang diklaim ramah lingkungan.
Dapatkah mode menjadi media untuk membuat perubahan terhadap persoalan kemanusiaan? Angela Luna, seorang desainer sosial menjawabnya.
Mengolah kembali material lama, atau upcycle, menjadi produk fesyen yang bercita rasa menjadi tren tersendiri di kalangan pecinta dan penggiat mode. Seperti halnya Barbara Mattivy dengan sepatu daur ulangnya, Insecta Shoes.
Babette Sperling, mahasiswa desain mode dari University of Zwickau, Jerman, membuat produk fesyen melalui printer 3D yang dibuat menggunakan material ramah lingkungan. Lebih dari itu, terdapat pesan khusus dibalik karyanya.
Pada pertengahan 2016 lalu, Ably, perusahaan pakaian yang berbasis di Seattle, meluncurkan kaus dan jaket yang tahan air dan menolak bau tak sedap. Pakaian tersebut menggunakan bahan yang disebut Filium.










































