Mahasiswa UGM Ciptakan Plastik Ramah Lingkungan dari Kulit Pisang

Reading time: 2 menit
Mahasiswa UGM meniptakan plastik ramah lingkungan dari kulit pisang. Foto: Berita UGM
Mahasiswa UGM meniptakan plastik ramah lingkungan dari kulit pisang. Foto: Berita UGM

Mahasiswa Universitas Gadjah Mada kembali menciptakan inovasi ramah lingkungan. Kali ini, mereka berhasil mengembangkan plastik biodegradable yang terbuat dari kulit pisang.

Inovasi ini lahir dari tim Program Kreativitas Mahasiswa Riset Eksakta (PKM-RE) Peelution UGM. Ide tersebut muncul karena keprihatinan mereka terhadap penumpukan sampah plastik yang sulit terurai.

Dari keresahan itulah, akhirnya mereka mencari cara untuk mengurangi pencemaran lingkungan dengan memanfaatkan limbah kulit pisang yang biasanya terbuang begitu saja. Ketua tim PKM-RE Peelution UGM, Dwi Ayu Kurniasih mengatakan bahwa dengan menggabungkan dua masalah ini, tim menghadirkan solusi berbasis konsep zero waste, yaitu mengurangi sampah plastik. Ini sekaligus memberi nilai tambah pada limbah organik.

Ia juga mengaku gelisah apabila melihat keberadaan sampah plastik. Menurutnya, sampah ini menjadi sumber utama pencemaran, baik pencemaran di darat maupun pencemaran di laut. Permasalahan pun timbul karena sifat sampah plastik yang tidak mudah terurai, dan butuh ratusan tahun bila terurai secara alami.

“Apalagi sampah plastik berbasis minyak bumi yang begitu sulit terurai, terus menumpuk dan menjadi ancaman serius bagi lingkungan. Di sisi lain, kita juga melihat melimpahnya limbah kulit pisang yang seringkali berakhir sebagai sampah tanpa pemanfaatan. Dua permasalahan inilah yang membuat tim PKM-RE UGM menghadirkan solusi zero waste,” kata Dwi melansir Berita UGM, Sabtu (4/10).

Bioplastik Alami dari Kulit Pisang

Ide inovasi plastik dari kulit pisang ini berbasis Polyhydroxybutyrate (PHB), yaitu bioplastik alami yang memiliki sifat menyerupai plastik konvensional namun dapat terurai secara alami.

Melalui penginsersian gen penghasil PHB (pHAa, pHAb, dan PhaC), Tim PKM-RE Peelution memodifikasi ragi (yeast) spesies Kluyveromyces marxianus agar mampu memproduksi PHB secara lebih efisien. “Strategi ini menjadikan proses produksi lebih cepat, aman, dan ramah lingkungan dibandingkan metode konvensional berbasis bakteri,” tambah Dwi.

Dwi  menambahkan, penelitian ini tidak hanya menawarkan alternatif pengganti plastik, namun juga mengubah limbah organik menjadi produk bernilai, sehingga mendukung penerapan konsep zero waste. Tim PKM-RE Peelution UGM pun optimistis inovasi berbasis rekayasa genetika ini dapat dikembangkan lebih jauh ke skala industri.

Ia berharap upaya ini dapat berkontribusi pada pengurangan sampah plastik. Selain itu juga untuk mendukung Sustainable Development Goals (SDGs) melalui pengelolaan limbah yang lebih berkelanjutan.

Selain Dwi Ayu Kurniasih (Fakultas Biologi), tim PKM-RE Peelution UGM ini beranggotakan Aulia Berlian Patricia (Fakultas Biologi), Adrianus Dinata (Fakultas Biologi), Syrin Alia Zahra Marin (Fakultas Teknologi Pertanian), dan Muhammad Tegar Prakoso (Fakultas Teknologi Pertanian). Tim ini juga mendapat pendampingan dari Ganies Riza Aristya, selaku dosen pembimbing.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top