Greenpeace: SBY Kurang Peduli Hutan

Reading time: 2 menit
Aktivis Greenpeace melakukan aksi demontrasi di depan kantor Bravo Media Centre. Mereka mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di sisa masa...

Jakarta, Greeners-Aktivis Greenpeace melakukan aksi demontrasi di depan kantor Bravo Media Centre. Mereka mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di sisa masa kepemimpinannya untuk segera melakukan langkah nyata melindungi hutan yang masih tersisa di Indonesia.

Dalam aksinya, seorang aktivis Greenpeace yang berperan sebagai SBY berpidato dengan mengakui bahwa selama ini kebijakan-kebijakannya belum efektif dalam melindungi hutan dan berjanji akan melakukan langkah-langkah lebih konkret untuk melindungi hutan dan mengatasi perubahan iklim. Sementara aktivis lainnya membentangkan spanduk panjang bertuliskan ‘SBYpresidenkurangpedulihutan.com’ di depan kantor tim pemenangan SBY-Boediono Jln. Tengku Umar, Jakarta (2/7).

Beberapa bulan terakhir ini Greenpeace terus mendesak tim sukses dari tiga kandidat Presiden Indonesia jika terpilih untuk mengeluarkan komitmen dan program nyata mengatasi pembabatan hutan untuk mengurangi dampak perubahan iklim.Desakan itu terus disampaikan secara langsung melalui tim sukses capres maupun melalui serangkaian parodi debat capres di televisi swasta serta di kota-kota tempat para kandidat itu berkampanye. “Seluruh kegiatan ini bertujuan untuk mendorong para capres untuk lebih serius dalam mencari penyelesaian masalah pembabatan hutan dan perubahan iklim,” kata Joko Arif juru kampanye hutan Greenpeace Asia Tenggara.

Diungkapkan Joko Arif, Greenpeace telah melakukan beberapa desakan melalui beberapa pertemuan dengan tim sukses. Hasilnya, Jusuf Kalla dalam suatu kesempatan dialog meminta Greenpeace membantu merealisasikan dana dari negara maju untuk program perlindungan hutan alam di Indonesia.

Sementara dalam kampanye Megawati Soekarnoputri di Palangkaraya telah menyatakan akan menerapkan moratorium (penghentian sementara) penebangan hutan. Sedangkan Susilo Bambang Yudhoyono hingga saat ini belum menyatakan programnya untuk menghentikan penebangan hutan, kecuali pada suatu iklan di media cetak yang membela posisinya dalam perlindungan hutan Indonesia.

Sampai sekarang, pemerintah Indonesia masih membiarkan mayoritas hutan Indonesia dirusak untuk memproduksi kertas, produk perkayuan, cokelat, kosmetik dan produk kecantikan, minyak goreng, dan apa yang disebut ‘biodiesel’. “Jika hal ini terus dibiarkan, pemerintah tidak hanya bersalah karena tak mampu melindungi lingkungan dan membuat jutaan masyarakat yang hidupnya bergantung pada hutan kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian, tetapi juga harus bertanggung jawab atas dampak negatif perubahan iklim,” ujarnya.

“Pada pemilihan presiden 8 Juli tentu bisa menghadirkan dua hal, kesempatan dan ancaman. Kesempatan jika presiden terpilih akan mampu melindungi hutan yang bisa membawa keuntungan bagi rakyat Indonesia dan ancaman jika pemerintah yang baru akan tetap membiarkan perusakan hutan dan tak melakukan apa-apa dalam menanggulangi perubahan iklim,” tambahnya.(Marwan Azis).

Top