Aip menjelaskan, dengan adanya ruang untuk berbagi informasi, para ayah bisa dengan mudah mendapatkan informasi yang tepat dan tidak lagi kebingungan dan bisa mendukung istri jauh lebih baik lagi.
Saat disinggung mengenai susu kemasan atau formula, Aip mengaku kalau gerakan ini bukan gerakan yang menolak terhadap susu formula atau kemasan yang banyak beredar dipasaran. Menurutnya, susu kemasan bisa menjadi salah satu alternatif makanan untuk anak. Hanya saja, yang banyak orang belum tahu adalah kapan dan dalam kondisi apa saja susu kemasan bisa dikonsumsi oleh anak.
“Contohnya seperti pada saat ibu sudah tidak lagi dalam kondisi yang mampu memberikan ASI, anak bisa dikasih susu kemasan, tapi harus melalui izin dari dokter dengan resep yang sesuai. Ini yang terus kami sosialisasikan,” tambah penggemar grup musik The Beatles ini.
Sebagai informasi, gerakan yang dimulai sejak September 2011 ini telah memiliki 131 ribu pengikut di Twitter ini awalnya didirikan atas inisiatif delapan orang ayah, A. Rahmat Hidayat, Dipa Andika Nurprasetyo, Pandu Gunawan, Shafiq Pontoh, Aditia Sudarto, Ernest Prakarsa, Syarief Hidayatullah, dan Sogi Indra Dhuaja, yang merupakan admin atau pengelola dari akun twitter @ID_AyahASI.
Dengan gaya bahasa khas pria, mereka membagi pengalaman saat berjuang bersama istri tercinta, demi memberikan asupan ASI terbaik untuk sang buah hati.
Gerakan yang telah muncul di 22 kota ini pun telah menerbitkan sebuah buku yang diluncurkan pada Juli 2012 lalu. Buku yang telah terjual sekitar 15 ribu eksemplar tersebut berisi pengalaman dari delapan ayah dengan persoalan yang berbeda-beda terkait kehamilan istri, proses melahirkan, dan tentunya pemberian ASI.
Seperti yang tertulis pada sampul buku, “Kami bukan ahli, hanya ingin berbagi,” buku ini menjadi semacam diary para ayah. Bukan dengan cara menggurui, melainkan cerita seru pengalaman mereka masing-masing.
(G09)












































