deforestasi
Pandemi Covid-19 yang sedang kita alami saat ini ternyata tak terpisahkan dari peran lingkungan. Virus Covid-19 yang masuk sebagai salah satu virus zoonosis, virus yang dapat bertransmisi dari hewan ke manusia, memiliki keterkaitan dengan rusaknya hutan dan biodiversitas di dalamnya.
Sebanyak 35 investor global kritik langkah pemerintah mengesahkan Omnibus Law Undang-undang Cipta Kerja (UU Ciptaker). Investor menilai Omnibus Law berpotensi rusak hutan tropis Indonesia. Investor global yang mewakili investasi senilai US$4,1 triliun ini khawatir modifikasi pasal Omnibus Law memperdalam kerusakan kondisi alam, sosial, dan tata pemerintahan.
Dana sebesar USD 103,78 juta yang diterima pemerintah dari Global Climate Fund dinilai perlu diprioritaskan untuk menurunkan deforestasi di Indonesia.
Kondisi hutan alam yang terus berkurang dan terdegradasi merupakan akumulasi dari lemahnya tata kelola hutan dari tahun ke tahun.
FWI mencatat sejak 2013 sampai 2018, sekitar 369,9 ribu hektare hutan alam yang hilang berada di dalam konsesi perizinan.
Deforestasi disebabkan oleh konversi alam menjadi perkebunan kelapa sawit, hutan tanaman industri, aktivitas HPH, dan pertambangan.
Pengesahan UU Minerba membuat wilayah tambang dan deforestasi makin luas. Masyarakat di daerah tambang menjadi kelompok yang paling rentan terdampak.
Rainforest Action Network (RAN) mengidentifikasi pembakaran hutan di Kawasan Ekosistem Leuser, Aceh Timur yang merupakan habitat satwa liar.
Terdapat penambahan jumlah spesies burung migrasi. Tahun lalu jumlahnya 1.777 spesies, kini meningkat menjadi 1.794 spesies.
Greenpeace Indonesia menilai angka laju deforestasi masih tinggi. Target pemerintah seharusnya fokus pada nol deforestasi.
Jakarta (Greeners) – Aktivitas manusia memunculkan akibat yang signifikan terhadap kondisi alam maupun makhluk hidup di sekitar. Peneliti Mikrobiologi Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Sugiyono Saputra mengatakan […]
Pemerintah dianggap tak serius membuka informasi sumber daya alam. Sementara hutan hilang setiap menit, perusahaan justru makin leluasa mengeruknya.
Forest Watch Indonesia mengatakan deforestasi selama tahun 2013 dan 2017, Kalimantan merupakan region yang terdampak paling luas lebih dari 2 juta hektare.
















