Jakarta (Greeners) – Belantara Foundation bersama Conservation Allies resmi menandatangani piagam kerja sama untuk konservasi gajah sumatra. Kolaborasi ini berfokus pada program Living in Harmony (Manusia–Gajah Liar Hidup Harmonis) di Lanskap Sugihan–Simpang Heran, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan.
Latar belakang kesepakatan ini adalah kondisi populasi gajah sumatra di wilayah tersebut yang kian memprihatinkan. Satwa ini menghadapi berbagai tantangan besar untuk bertahan hidup. Terutama karena wilayah jelajahnya tumpang tindih dengan kawasan industri berbasis lahan serta permukiman masyarakat.
“Lanskap Sugihan-Simpang Heran di Sumatra Selatan yang dihuni oleh 100-120 individu gajah lair bukan hanya penting bagi konservasi gajah sumatra. Namun, juga krusial dalam pembangunan ekonomi nasional,” ujar Dolly dalam keterangan tertulisnya, Minggu (12/10).
Kawasan ini penting bagi konservasi gajah sumatra sekaligus mendukung penghidupan masyarakat desa yang tinggal dan bergantung di sekitarnya. Karena itu, perlu pendekatan yang inovatif untuk memastikan seluruh kepentingan—baik konservasi, ekonomi, maupun sosial—dapat terakomodasi dengan seimbang.
Dalam mendukung upaya tersebut, Belantara Foundation bersama para mitra hingga kini berfokus pada beberapa aspek. Di antaranya peningkatan kapasitas tim mitigasi konflik manusia–gajah, serta pembangunan infrastruktur mitigasi konflik seperti penyediaan menara pemantauan (monitoring tower).
Selain itu, mereka juga melakukan penyadartahuan dan edukasi bagi anak-anak usia dini. Selain itu, juga ada pengayaan pakan gajah serta penyediaan “artificial saltlicks” (tempat menggaram buatan) untuk memenuhi kebutuhan mineral sebagai nutrisi tambahan bagi gajah.
Relevan dengan Tantangan Konservasi
Sementara itu, President of Conservation Allies, Paul Salaman, menyampaikan bahwa program konservasi gajah sumatra merupakan inisiatif yang sangat relevan dengan tantangan konservasi saat ini. Menurutnya, koeksistensi antara manusia dan satwa liar merupakan hal yang sudah tidak terelakkan.
“Melalui kerja sama ini, kami berkomitmen kuat untuk membantu Belantara Foundation melalui hibah, penggalangan dana publik, serta peningkatan kapasitas. Dana yang terkumpul akan kami kelola secara transparan dan dialokasikan sepenuhnya untuk mendukung kegiatan di lapangan,” ujar Paul.
Ia juga meyakini bahwa kerja sama ini akan berdampak positif dan berkelanjutan bagi pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia. Khususnya, dalam upaya konservasi gajah sumatra di Lanskap Sugihan–Simpang Heran, Kabupaten OKI, Sumatra Selatan.
Kerja sama tersebut mendapat sambutan baik dari Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Satyawan Pudyatmoko. Ia mengatakan bahwa inisiatif ini sejalan dengan aturan yang ada. Salah satunya adalah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi, di mana gajah sumatra termasuk dalam satwa liar yang dilindungi.
Selain itu, berdasarkan Daftar Merah IUCN (International Union for Conservation of Nature’s Red List of Threatened Species), gajah sumatra (Elephas maximus sumatranus) saat ini berstatus Critically Endangered (kritis).
Penulis: Dini Jembar Wardani
Editor: Indiana Malia











































