Organ Tubuh Terpapar Mikroplastik, Seruan Darurat Krisis Plastik Menggema

Reading time: 2 menit
Seruan darurat krisis plastik menggema di Surabaya. Foto: Ecoton
Seruan darurat krisis plastik menggema di Surabaya. Foto: Ecoton

Jakarta (Greeners) – Ecological Observation and Wetland Conservations (Ecoton) bersama Komunitas MARAPAIMA menggelar aksi damai dalam rangka Plastic Free July 2025 di Surabaya, Rabu (16/7). Aksi ini mengusung tema “Waspadai Jantung Bayi Terbungkus Plastik”. Hal itu sebagai bentuk seruan darurat krisis plastik. Kini, mikroplastik dengan mudah ditemukan dalam organ tubuh manusia.

Dalam aksi tersebut, para peserta membawa poster dan properti berbentuk jantung yang penuh mikroplastik. Simbol ini untuk menyampaikan pesan mendesak kepada pemerintah agar segera menghentikan produksi dan peredaran plastik sekali pakai. Selain itu, mereka juga mendorong pemerintah untuk mewajibkan pelabelan bahaya kesehatan pada produk plastik dan menghentikan impor sampah plastik.

Seruan juga mereka sampaikan kepada produsen untuk tanggung jawab atas limbah yang produsen hasilkan. Kemudian, mereka mendesak produsen untuk menghentikan produksi kemasan plastik sekali pakai secara berlebih. Masyarakat juga mereka ajak untuk mulai beralih ke haya hidup bebas plastik dan mendukung sistem isi ulang.

Sebelumya, Ecoton bersama MARAPAIMA telah melakukan penelitian mikroplastik dalam darah, urin, dan amnion dalam tubuh manusia. Mahasiswa Departemen Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Malang, Muhammad Alvin Alvianto mengatakan bahwa dari 26 sampel darah, tim peneliti menemukan sebanyak 76 partikel mikroplastik.

BACA JUGA: Riset: Warga Indonesia Paling Banyak Mengonsumsi Mikroplastik

Sementara itu, pada cairan amnion ada 117 partikel dari 11 sampel, dan pada urin terdeteksi 52 partikel dari 9 sampel. Alvin selaku peneliti dari penelitian ini mengungkapkan bahwa dunia sedang menghadapi krisis plastik.

Penelitian dari Monclus et al pada tahun 2025 juga mengungkapkan bahwa lebih dari 16.000 bahan kimia menyusun produk plastik. Ini termasuk 5.776 zat aditif, 3.498 bahan pembantu proses, 1.975 bahan awal. Kemudian, terdapat juga 1.788 zat yang tidak sengaja ditambahkan lebih dari 4.200 di antaranya tergolong berbahaya. Sebab, bersifat toksik, persisten, mudah berpindah, dan bioakumulatif.

“Ironisnya, sebagian besar dari bahan kimia ini belum diatur secara ketat, padahal umum masyarakat gunakan dalam kemasan makanan dan produk sehari-hari,” ujar Alvin dalam keterangan tertulisnya.

Bahaya Mikroplastik

Mahasiswa Departemen Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Malang, Paksi Samudro menjelaskan bahwa dalam sistem reproduksi, mikroplastik bisa memicu dampak kesehatan. Misalnya, mikroplatik yang terdeteksi di air mani, testis, cairan folikel, dan endometrium dapat menurunkan jumlah serta motilitas sperma. Bahkan, mengganggu hormon FSH, dan mengancam kesuburan serta perkembangan embrio.

Sementara itu, pada organ ekskresi dan selama kehamilan, mikroplastik juga ada di plasenta, urin, dan cairan ketuban, menyebabkan stres oksidatif, kerusakan DNA janin, dan gangguan hormonal.

“Pada saluran pencernaan, mikroplastik masuk melalui makanan, menetap di usus, hati, pankreas, dan lambung, memicu inflamasi, kerusakan mukosa, resistensi insulin, serta berkaitan dengan kanker pankreas,” ujarnya.

Di samping itu, mikroplastik dalam darah dan sistem kardiovaskular, bisa meningkatkan inflamasi sistemik. Bahkan, mengganggu pembekuan darah, menyebabkan aritmia, apoptosis sel jantung, fibrosis, serta meningkatkan risiko gagal jantung dan stroke.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top