75 Persen Penyakit Menular Bersifat Zoonosis

Reading time: 2 menit
75 persen penyakit menular bersifat zoonosis. Foto: Freepik
75 persen penyakit menular bersifat zoonosis. Foto: Freepik

Jakarta (Greeners) – Peneliti dari University of Sydney, Australia, Jenny-Ann, mengungkapkan bahwa sekitar 75 persen penyakit menular di dunia bersifat zoonosis, yaitu ditularkan dari hewan ke manusia. Penyakit menular ini tidak hanya berdampak pada kesehatan manusia dan hewan, tetapi juga memengaruhi keseimbangan lingkungan.

Menurutnya, untuk mengatasi ancaman tersebut, perlu peningkatan kompetensi, komunikasi, dan kolaborasi antara dokter hewan dan dokter manusia dalam menyusun kebijakan berbasis pendekatan One Health.

Jenny menjelaskan, konsep One Health memiliki akar sejarah panjang sejak abad ke-5 SM. Konsep tersebut menekankan keterpaduan antara kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan. Ada empat langkah utama yang menjadi pilar pendekatan ini, yaitu komunikasi, koordinasi, pembangunan kapasitas, dan kolaborasi.

Ia menambahkan bahwa penguatan One Health membutuhkan pengembangan kompetensi teknis dan non-teknis bagi tenaga veteriner agar mampu menghadapi tantangan global. Kompetensi teknis mencakup kemampuan epidemiologi, surveilans, dan respons cepat terhadap penyakit. Sementara, kompetensi non-teknis meliputi kepemimpinan, komunikasi, advokasi, dan keterlibatan masyarakat.

“Keduanya merupakan hal penting untuk mengimplementasikan ilmu pengetahuan menjadi tindakan One Health,” tegas Jenny melansir laman Berita Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (11/11).

Selain itu, ia juga menekankan perlunya jalur berkelanjutan dalam membangun kapasitas One Health tanpa bergantung pada pendanaan eksternal. Ia menilai bahwa masa depan One Health di Asia bergantung pada adanya kerja sama universitas, lembaga pemerintah, hingga masyarakat. Hal itu dalam menciptakan tenaga profesional yang tangguh, berpengetahuan, dan berorientasi pada solusi.

“Masa depan One Health bergantung pada bagaimana integrasi kerja sama, visioner, dan tata kelola kolaboratif dijalankan,” tambahnya.

Tenaga Veteriner Jadi Sorotan

Peningkatan kapasitas tenaga veteriner di kawasan Asia-Pasifik juga menjadi sorotan World Organization for Animal Health (WOAH). Perwakilan dari WOAH, Hugo Federico mengungkapkan bahwa WOAH juga berkomitmen dalam memperkuat jejaring lembaga pendidikan kedokteran hewan melalui program pelatihan dan modul pembelajaran. Terutama dalam isu Antimicrobial Resistance (AMR) dan kesiapsiagaan terhadap bencana.

“Kita perlu memperkuat jaringan regional, berbagi pengetahuan, dan membangun masa depan yang lebih tangguh bagi pendidikan dan layanan veteriner di Asia,” ujarnya.

Sementara itu, Wakil Rektor UGM Bidang Pendidikan dan Pembelajaran, Wening Udasmoro juga menekankan semangat One Health. Baginya, hal ini menjadi dasar penting dalam membangun masa depan sehat dan berkelanjutan bagi manusia, hewan, serta lingkungan.

 “Dengan kerja sama dari para ahli, pendidik, dan peneliti dari berbagai latar belakang mampu menciptakan jalur menuju pembangunan berkelanjutan,” ujarnya.

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top