Bioetanol Dari Pohon Aren Berpotensi Atasi Krisis Energi

Reading time: 2 menit

Jakarta (Greeners) – Spektrum permasalahan energi di Indonesia sangatlah kompleks. Indonesia memerlukan kebijakan energi yang dapat mengelola energi dalam negeri secara mandiri. Diperlukan kesungguhan pemerintah yang akan datang dalam mengelola energi non-fosil, sehingga APBN tidak terus tergerus.

“Kita harus mencari solusi, kalau tidak 70 tahun lagi Indonesia bisa menjadi pengimpor energi terbesar di dunia,” ujar Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Hashim Djojohadikusumo dalam acara sarasehan bertajuk Kedaulatan Energi Syarat Mutlak Ketahanan Bangsa di Jakarta, Senin (02/06).

Selain itu, diperkirakan Indonesia juga akan kehabisan energi fosil dalam waktu 11 tahun mendatang. Hal ini dikarenakan borosnya penggunaan energi fosil dan peningkatan jumlah penduduk yang menyebabkan konsumsi energi per kapita turut meningkat hingga tujuh persen per tahun.

“Krisis energi tersebut dapat diatasi selama Pemerintah mendatang berfokus pada kebijakan terhadap pengadaan dan penggunaan energi terbarukan. Salah satu program yang efektif adalah penggunaan Bahan Bakar Nabati melalui produksi bioetanol yang dihasilkan dari pohon aren,” ujar Hashim Djojohandikusumo yang juga adik Prabowo Subianto tersebut.

Pohon aren dengan produksi gula yang tinggi tidak hanya bisa menghasilkan bioetanol sebagai pengganti bensin, tapi juga dapat menghasilkan bahan pengganti solar melalui proses biologis lain, yaitu dengan menggunakan ganggang.

Hashim memaparkan bahwa penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar pengganti Bahan Bakar Minyak (BBM), baik sebagian ataupun seluruhnya, memberikan banyak keuntungan. Selain menghemat subsidi BBM, bahan bioetanol meningkatkan kualitas udara, mengurangi masalah pernapasan dari penggunaan kayu bakar, dan menghilangkan kekhawatiran akan krisis minyak bumi.

Senada dengan Hashim, DR. Ir. Willie Smits yang merupakan Ketua Yayasan Masarang, menyatakan Indonesia dapat lepas dari ketergantungan energi dari negara lain jika memaksimalkan produksi energi terbarukan yang ramah lingkungan. Selain itu, cara ini juga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Pabrik gula aren Kristal pertama di dunia telah dikembangkan di Sulawesi Utara, terbukti efektif memproduksi gula aren yang mahal serta bioenergi. Usaha ini juga menyerap tenaga kerja yang sangat tinggi, dapat melestarikan hutan sebagai sumber air, dan menjaga mahluk hidup lain,” ujar Willie.

(G30)

Top