Kalpataru Memacu
Bagi Cukup, Kalpataru bukanlah suatu akhir melainkan suatu awal. Kalpataru tersebut menjadi pemacu sebagai senjata dan tameng. Kalpataru itu memacunya terus menanam mangrove serta bernegosiasi kepada pemerintah dan pihak terkait untuk merehabilitasi pesisir Indramayu.
Selain penghargaan Kalpataru, Cukup merasa belum ada andil lain dari pemerintah setempat untuk menjaga kondisi pesisir. Dia merasa aneh mengapa OISCA (Jepang) yang jauh di seberang lautan lebih peduli pada kondisi pesisir dengan mendukung penghijauan mangrove yang dilakukan Cukup. “Saya sebetulnya malu Mas, padahal mereka (OISCA-Jepang) kan dulu diklaim sebagai penjajah kita,” keluh Cukup.
Kini setelah sepuluh tahun dia memasuki tahap ketiga kerjasama dengan OISCA International dalam melestarikan mangrove. Selain di Desa Pabean Ilir, dia juga melakukan usaha rehabilitasi mangrove di Desa Lamaran Tarung, Kec. Cantigi, Indramayu. Desa ini berjarak 20 km dari desa tempat Cukup tinggal.
Seperti halnya di Desa Pabean Ilir, di Desa Lamaran Tarung Cukup juga mengembangkan kelompok nelayan penyelamat hutan untuk melakukan penanaman dan pengawasan mangrove di pesisir pantai desa tersebut. Cukup ingin kegiatan penghijauan dilakukan masyarakat agar mereka merasa memiliki dan sadar arti penting mangrove bagi masyarakat pesisir.
Disela-sela kegiatannya menanam bibit mangrove, kepada Greeners Cukup menyatakan ingin ada pihak yang bisa membantunya membuat suatu tambak percontohan dengan dana yang tidak mengikat seperti OISCA International. OISCA sendiri membantu sekedar membantu Cukup untuk melakukan penghijauan bukan pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Cita-citanya yang ingin diwujudkan adalah membangun sebuah tambak percontohan di pinggir laut yang ramah lingkungan dengan ditanami mangrove. “Nantinya tambak itu akan saya pagari dengan bambu kecil-kecil dan kita masukkan kepiting. Kepiting itu akan bertelur dan anak-anaknya akan keluar ke laut lepas lewat sela-sela bambu. Sehingga pencari ikan sini yang mendapat hasilnya,“ ujar Cukup.
Begitulah Cukup Rudiyanto, petani tambak dari pesisir Indramayu yang miskin fasilitas, tapi bersama rekan-rekannya bertekad menghijaukan kembali pesisir dengan mangrove. (dk)
Artikel ini diterbitkan pada edisi 01 Vol. 3 Tahun 2010













































