Ini Alasan Mengapa Gerhana Matahari Total 2016 Istimewa untuk Indonesia

Reading time: 3 menit
Gerhana matahari. Ilustrasi: pixabay.com

Jakarta (Greeners) – Fenomena alam seperti gerhana matahari yang jarang terjadi selalu menarik perhatian para astronom maupun masyarakat awam dunia. Kali ini, fenomena gerhana matahari total yang akan terjadi pada tanggal 9 Maret 2016 mendatang menjadi istimewa dikarenakan jalur totalitas gerhana matahari tersebut akan melewati Indonesia.

Guru Besar Astronomi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Bambang Hidayat, kepada Greeners menceritakan, jalur totalitas Gerhana Matahari 2016 akan melintasi 11 wilayah provinsi yaitu Bengkulu, Sumatera Selatan, Jambi, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Maluku Utara. Sementara itu, kota-kota besar yang diperkirakan akan dilalui gerhana matahari total adalah Muko-Muko (Bengkulu), Palembang, Tanjung Pandan, Palangkaraya, Balikpapan, Palu dan Ternate.

Peristiwa gerhana matahari di tahun 2016 ini, akan menjadi peristiwa yang cukup langka sekaligus super istimewa mengingat terakhir kali jalur totalitas gerhana matahari melewati area Indonesia terjadi pada 24 Oktober 1995 atau 21 tahun lalu. “Saat itu yang mengalami atau bisa melihat totalitas hanya di pulau Sangihe, Sulawesi Utara,” tuturnya saat dijumpai oleh Greeners di Jakarta, Jumat (26/02).

Apalagi, terusnya, jalur gerhana matahari total berikutnya baru akan kembali melintasi Indonesia pada saat terjadi gerhana matahari hibrid tanggal 20 April 2023 atau tujuh tahun mendatang. Diprediksikan gerhana matahari hibrid ini akan melintasi area Maluku Tenggara, Maluku Tengah dan Papua.

“Jelas ini merupakan kesempatan langka bagi masyarakat Indonesia untuk menikmati gerhana matahari total. Meskipun hanya sebagian Indonesia yang akan menikmati jalur totalitas Gerhana Matahari Total 2016, namun seluruh daerah lainnya di Indonesia akan dapat menikmati gerhana matahari sebagian,” jelas Bambang.

Guru Besar Astronomi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Bambang Hidayat. Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Guru Besar Astronomi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Bambang Hidayat. Foto: greeners.co/Danny Kosasih

Terkait fenomena ini, Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Andi Eka Sakya mengatakan, selama Gerhana Matahari Total 2016 berlangsung, BMKG akan melakukan pengamatan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi mengenai perubahan terhadap variasi medan magnet bumi dan perubahan anomali gravitasi serta efeknya yang diukur dari tempat-tempat tertentu di permukaan Bumi sebagai dampak dari gerhana matahari total.

“Selain itu BMKG juga akan melakukan perekaman saat peristiwa Gerhana Matahari Total 2016 berlangsung. Dalam rangka pelayanan untuk masyarakat yang tidak bisa hadir di lokasi Gerhana Matari Total 2016, BMKG juga menyediakan video streaming informasi fenomena Gerhana Matahari Total 2016 di website BMKG,” katanya.

Gerhana matahari total, lanjut Andi, akan terjadi sekitar 1,5 sampai dengan tiga menit. Di pusat jalur gerhana, gerhana total terpendek akan terjadi di Seai, Pulau Pagai Selatan, Sumatera Barat, yaitu selama satu menit 54 detik dan terpanjang di Maba, Halmahera Timur, Maluku Utara, yaitu selama tiga menit 17 detik.

Gerhana matahari total yang akan berlangsung pada tanggal 9 Maret 2016 bersamaan dengan hari raya Nyepi. Untuk wilayah Indonesia bagian Barat, gerhana sebagian akan terjadi mulai pukul 06.20 WIB, sedangkan di Indonesia bagian Tengah dan Timur terjadi pada pukul 07.25 Wita dan 08.35 WIT.

Andi juga menjelaskan, dalam satu tahun, gerhana matahari bisa terjadi dua sampai lima kali, namun tidak semua merupakan gerhana matahari total, melainkan perpaduan gerhana matahari total, cincin atau hibrid, atau tidak ada gerhana matahari total sama sekali dalam satu tahun. Selain itu, tidak semua daerah juga bisa melihat gerhana matahari. Jadi, sejak tahun 1980 hingga 1990, ada tiga kali gerhana matahari total yang melewati Indonesia.

“Pada tahun 1983, 1984 dan 1988 itu masyarakat di luar jalur total bisa menikmati gerhana matahari sebagian. Gerhana matahari total sendiri untuk kembali berlangsung di tempat yang sama membutuhkan waktu selama periode 350 tahun,” pungkasnya.

Sebagai informasi, dikutip dari keterangan resmi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), tim peneliti dari LAPAN serta Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) akan mengamati gerhana matahari total di Maba, Halmahera Timur. Sedangkan tim LAPAN lainnya akan mengamati di Ternate, Maluku Utara.

Tim Program Studi Astronomi ITB dan Observatorium Bosscha ITB akan menyebar di sejumlah wilayah. Lalu sejumlah peneliti yang tergabung dalam Universe Awareness (Unawe) Indonesia akan melihat Gerhana Matahari Total di Poso, Sulawesi Tengah dan sebagian lagi akan meneliti di Tanah Grogot, Kalimantan Timur, dan Belitung, Bangka Belitung.

Adapun peneliti Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), peneliti Korea Selatan, dan Himpunan Astronomi Amatir Jakarta akan mengamati Gerhana di Palu, Sulawesi Tengah dan sekitarnya.

Penulis: Danny Kosasih

Top