Artemia, Udang Kecil Bergizi Tinggi yang Cocok sebagai Pakan Ikan

Reading time: 4 menit
artemia
Artemia, Udang Kecil Bergizi Tinggi yang Cocok sebagai Pakan Ikan. Foto: Shutterstock.

Banyak hal yang mempengaruhi keberhasilan budi daya ikan, salah satunya adalah jenis pakan. Jika pakan berkualitas, maka hasil panen yang kita dapatkan akan semakin banyak. Salah satu jenis pakan yang mampu meningkatkan mutu perikanan adalah Artemia atau Udang Renik.

Bagi pegiat budi daya ikan, nama artemia tentu sudah tidak asing lagi terdengar. Jenis udang primitif berukuran kecil (renik) ini memang sering masyarakat manfaatkan sebagai pakan ikan serta hewan peliharaan.

Kandungan protein yang terdapat pada udang renik tergolong sangat tinggi ketimbang jenis pakan lain. Itu sebabnya, spesies ikan ini sangat cocok sebagai pakan hewan.

Selain itu, pembudidayaan (kultur) fauna ini terbilang mudah. Telur udang renik – berguna untuk pembibitan – terkenal cukup kuat sehingga dapat kita simpan dalam waktu yang lama.

Morfologi dan Klasifikasi Artemia

Spesies hewan berkeluarga Artemiidae ini memang sangat unik. Morfologi atau ciri fisik dari satwa biasanya ahli identifikasi berdasarkan siklus hidupnya, seperti:

1. Kista atau Telur

Telur artemia juga terkenal dengan nama Kista atau Siste. Telur ini berbentuk bulatan-bulatan kecil berwarna kelabu kecokelatan dengan diameter berkisar 200-350 mikron.

Di pasaran, udang renik terbagi atas dua bentuk, yakni kista dan Nauplii. Satu gram kista kering umumnya terdiri dari 200.000 sampai dengan 300.000 butir telur.

2. Nauplii atau Larva

Nauplii sendiri merupakan larva yang baru menetas dari dalam kista. Mereka memiliki warna oranye, berbentuk bulat lonjong sepanjang 400 mikron, lebar 170 mikron, dan berat 0,002 mg.

Larva tersebut mempunyai sepasang antenula dan sepasang antena di bagian tubuhnya. Biasanya, antenula larva berukuran lebih kecil dan juga lebih pendek daripada antenanya.

Selain itu, terdapat bintik mata (Ocellus) di antara antenula mereka. Di belakang antena terdapat mandibula, lalu di bagian ventralnya tersedia organ mulut (Labrum).

3. Biomas atau Artemia Dewasa

Memasuki usia dewasa, tubuh udang renik tumbuh sepanjang 8-10 mm. Fase ini dapat kita pantau dari terlihatnya tangkai mata, antena sebagai alat sensori, saluran cerna dan sebelas pasang thoracopoda.

Pada artemia jantan, antena berfungsi sebagai pengait betina saat kawin. Ada sepasang alat kelamin di depan pangkal ekor mereka. Sedang betina memiliki uterus yang menonjol di ujung kaki renang.

Habitat, Makanan dan Reproduksi

Pada dasarnya jenis udang berukuran kecil ini terbilang sangat tangguh. Mereka dapat hidup di kawasan pesisir dengan suhu antara 25-30 C, serta memiliki kadar garam yang cukup tinggi.

Di habitatnya hewan ini memakan sisa-sisa dari jasad hidup yang telah hancur, ganggang berukuran sangat kecil, bakteri, sampai dengan cendawan untuk memenuhi nutrisi tubuhnya.

Jenis ganggang yang sering fauna tersebut konsumsi adalah ganggang hijau dan biru. Ganggang hijau terdiri dari lambertia, cladophora dan platymonas, sedang ganggang biru berjenis oscillatoria.

Melansir laman resmi Pemerintah Kabupaten Buleleng, ada dua jenis perkembangbiakkan artemia yang terjadi di habitatnya, yakni secara biseksual atau patenogenetik.

Perkembangbiakkan secara biseksual terjadi dengan cara perkawinan antar indukan. Sedang langkah pembiakkan melalui patenogenetik mereka lakukan seorang diri tanpa adanya perkawinan.

Reproduksi biseksual terjadi saat keadaan lingkungan cukup baik, dengan kadar garam di bawah 100-150 ppt. Sedang reproduksi patenogenetik berlangsung jika keadaan lingkungan cenderung buruk.

artemia

Ada dua jenis perkembangbiakkan artemia yang terjadi di habitatnya, yakni secara biseksual atau patenogenetik. Foto: Shutterstock.

Langkah dan Cara Budi Daya Artemia

Cara budi daya artemia berawal dengan langkah pembibitan. Telur artemia yang sudah melalui proses pengawetan lantas ditetaskan hingga muncul bibit-bibit udang renik yang bisa tumbuh besar.

Langkah penetasan telur yakni dengan menggunakan wadah khusus berbahan plastik. Wadah ini umumnya berbentuk kerucut dengan kapasitas bibit antara 3-75 liter.

Perlu kita ingat, karena habitat asli hewan ini berada di pesisir pantai, wadah penetasannya pun harus menggunakan air laut dengan kadar garam sekitar 5-30 per mm.

Sebelum masuk ke wadah penetasan, telur harus melalui proses perendaman terlebih dahulu dalam air tawar selama satu jam. Saring dan tiriskan telur tersebut sampai airnya habis, lalu pindahkan ke area penetasan.

Wadah penetasannya pun harus sesuai dengan habitat asli mereka, lho. Itu sebabnya pastikan wadah tersebut bersuhu antara 25-30 C, dengan kadar oksigen berkisar 2 mm per liternya.

Menyeimbangkan kadar oksigen di wadah bisa Anda lakukan dengan alat aerator. Tambahkan sedikit penyinaran menggunakan lampu neon berdaya 60 watt, letakkan di samping wadah sejauh 20 cm.

Apabila semua langkah telah kita laksanakan, maka waktu penetasan akan segera tiba. Biasanya, fase penetasan akan berlangsung dalam waktu 35 jam dan menghasilkan nauplii yang siap panen.

Jangan asal, pemanenan nauplii sendiri harus kita lakukan dengan menghentikan sistem pengudaraan. Tutupi bagian atas wadah dengan kain, sinari bagian bawahnya selama 5-10 menit.

Selanjutnya, anak artemia akan terpisah dari cangkang telurnya. Pindahkan anakan tersebut untuk langkah pembudidayaan secara besar atau massal.

Keunggulan Artemia dalam Pembibitan dan Budi Daya

Berdasarkan jurnal Universitas Muhammadiyah Malang, artemia diketahui mempunyai beberapa keunggulan terutama dalam hal pembibitan atau budi daya dibanding jenis pakan lainnya, seperti:

  • Dengan ukurannya yang kecil, nauplii cocok dengan bukaan mulut seluruh jenis ikan dan udang.
  • Hewan ini mudah dipelihara dan mampu beradaptasi dengan berbagai jenis lingkungan;
  • Udah renik tergolong sebagai fauna unselective continues filter feeder, mereka dapat mengonsumsi makanan apa saja selama ukuran butirnya kurang dari 50 mikron.
  • Mengandung nutrisi yang tinggi layaknya protein sebesar 40- 50%, karbohidrat 15-20%, lemak 15-20%, abu 3-4%, serta 5.000–5.500 kalori per gram berat kering.
  • Berniali ekonomis tinggi. Harganya mencapai Rp800 ribu per 450 g dalam kemasan kaleng.

Referensi

Villy Yulian Andika, Universitas Muhammadiyah Malang

Laman Kabupaten Buleleng 

Laman Kabupaten Buleleng 2

Dr. Ir. A. Fairus Maisoni, M.Sc, Petunjuk Teknis Prosedur Produksi Biomas Artemia di Bak

Laman Kementerian Kelautan dan Perikanan 

Penulis: Yuhan Al Khairi

Top