Kodok Tebu (Rhinella marina), Spesies Beracun yang Invasif

Reading time: 2 menit
Kodok tebu. Foto: Inaturalist
Kodok tebu. Foto: Inaturalist

Pernahkah kamu bertemu dengan spesies kodok beracun? Kodok tebu atau Rhinella marina merupakan salah satu spesies kodok beracun dari keluarga Bufonidae. Selain itu, kodok tebu juga memiliki sebutan lain sebagai cane toad, marine toad, giant toad, south american cane toad, dan lainnya.

U.S Department of Agriculture (USDA) melansir bahwa  kodok tebu termasuk spesies akutik invasif yang pertama kali diintroduksi ke Florida pada tahun 1936. Spesies ini berasal dari Bolivia, Brasil, Kolombia, Ekuador, Guyana, Guyana, Peru, Suriname, Trinidad dan Tobago, Venezuela. Namun, kini telah diintroduksi ke berbagai negara seperti Amerika, Eropa, Australia hingga Indonesia. Mereka dapat kita temukan di habitat hutan yang dekat dengan perairan.

Berwarna Abu-Abu Cokelat Zaitun dan Kulit Berbintil

Kodok tebu berukuran cukup besar. Panjang tubuhnya dapat mencapai 15 cm hingga 25 cm. Namun, ukuran yang umum adalah 15 hingga 17,5 cm. Kulit punggung (atas) berwarna abu-abu cokelat zaitun dan terdapat banyak bintil-bintl di permukaannya. Kulit bagian ventralnya berwarna kuning keputihan dengan bintik-bintik berwarna cokelat tua.

Selain itu, kodok ini juga memiliki kelenjar parotoid besar yang membentang dari sisi anterior timpanumnya hingga setengah bagian ke arah belakang tubuhnya. Kelenjar tersebut dapat mengeluarkan racun ketika mereka merasa terancam.

Racun inilah yang menjadikan spesies kodok tebu sebagai speses insvasif asing. Sebab, para predatornya tak dapat memangsa sehingga populasinya menjadi sangat banyak di alam. Hal ini tentu berbahaya bagi kelangsungan hidup spesies kodok asli di daerah tersebut.

Pupil pada matanya horizontal dan iris matanya berwarna emas dengan bercak hitam. Individu yang masih muda seringkali memiliki punggung berwarna keabu-abuan dengan bercak kuning atau merah.

Taksonomi kodok tebu. Foto: Greeners

Taksonomi kodok tebu. Foto: Greeners

Rhinella marina Memiliki Kelenjar Parotoid yang Menghasilkan Racun

Spesies R. marina menghasilkan racun dari kelenjar parotoid di belakang tubuhnya. Penelitian Mailho-Fontana et al (2018) menyebutkan bahwa racun pada kodok tebu mengandung protein dan tersusun dari molekul-molekul bernassa rendah seperti amina biogenik. Selain itu, racun bufotoksin ini juga mengandung bufagin yang dapat memengaruhi jantung dan bufotenine yang merupakan senyawa halusinogen.

Mekanisme ini merupakan bentuk pertahanan amfibi terhadap serangan predator dan mikroorganisme di habitatnya. Kelenjar-kelenjar ini sebetulnya tersebar di seluruh tubuh kodok, tapi dapat terakumulasi di daerah tertentu.

 

Penulis: Anisa Putri S

Editor: Indiana Malia

Top