Pemuda Adat Papua hingga Amazon Bersatu Suarakan Jaga Iklim Dunia

Reading time: 2 menit
Pemuda adat Papua hingga Amazon bersatu suarakan jaga iklim dunia. Foto: Greenpeace Indonesia
Pemuda adat Papua hingga Amazon bersatu suarakan jaga iklim dunia. Foto: Greenpeace Indonesia

Jakarta (Greeners) – Forest Defender Camp kembali berlangsung di wilayah adat Tehit Knasaimos, Kampung Sira, Distrik Saifi, Kabupaten Sorong Selatan, Provinsi Papua Barat Daya. Berbeda dari tahun 2023, bukan hanya pemuda adat dari 7 wilayah adat Papua yang menjadi peserta acara kemah kali ini. Perwakilan Masyarakat Adat dari Cekungan Kongo, Amazon, dan Borneo juga ikut berbagi pengalaman di area kemah.

Forest Defender Camp hadir untuk memperkuat gerakan dan mengkampanyekan hak-hak masyarakat adat. Di samping itu, acara kemah ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk membangun solidaritas global. Desakan untuk memperjuangkan payung hukum yang mengakui hak-hak masyarakat adat dan akses langsung masyarakat adat terhadap pendanaan iklim juga terus mereka gaungkan.

Menurut Nabot Sreklefat dari Komunitas Anak Muda Adat Knasaimos, kehadiran representasi dari semua wilayah adat se-tanah Papua dan belahan dunia lain dapat saling menginspirasi.

“Harapan sa dari kita pu kemah adat ini bisa ada rekomendasi yang kita bawakan secara nasional dan internasional,” kata Nabot saat membuka Forest Defender Camp 2025.

BACA JUGA: Dua Pemuda Asal Papua Siap Tuntut Keadilan Iklim di Forum Dunia

Situasi krisis iklim dan keanekaragaman hayati yang saat ini terjadi secara bersamaan telah menjadi ancaman global bagi masa depan generasi muda. Sayangnya, suara generasi muda, terutama pemuda adat, masih sering terabaikan dalam pengambilan keputusan terkait masalah krisis iklim.

Sebagai upaya untuk mengamplifikasi suara pemuda adat, Forest Defender Camp 2025 turut melaksanakan Forum Pemuda Adat Internasional. Forum ini diikuti oleh perwakilan dari masing-masing wilayah adat dan para delegasi pemuda adat global.

Atasi Krisis Iklim Bersama Masyarakat Adat

Salah satu peserta forum, Nathalia Kycendekarun Apurinã, dari masyarakat adat Amazon, menegaskan pentingnya hutan hujan tropis dan masyarakat yang menjaga wilayah tersebut. “Hutan hujan di lintang khatulistiwa dan orang-orang yang melindunginya merupakan fondasi kehidupan di Bumi yang telah menopang kehidupan kita dengan suplai udara, air, dan stabilitas iklim,” ujarnya.

Pemuda adat memiliki komitmen yang tak tergoyahkan untuk melindungi tanah adat dan menghormati warisan leluhur. Mereka juga bertekad memastikan masa depan yang baik bagi keturunannya.

Ia mengatakan bahwa krisis iklim menuntut semua orang, termasuk pemerintah, pelaku bisnis, dan organisasi internasional untuk bergabung bersama masyarakat adat. Sebab, solusinya ada dan berakar pada pengetahuan tradisional masyarakat adat dan hubungannya dengan alam.

BACA JUGA: Gerakan Pulang Kampung, Ingatkan Pemuda Adat Tidak Merantau

“Waktunya untuk bertindak adalah sekarang. Untuk menjaga planet ini tetap bertahan, Cekungan Kongo, Amazon, Borneo, dan Se-Tanah Papua harus tetap hidup. Umat manusia mencari jawaban, tetapi jawabannya selalu ada di sini. Jawabannya adalah kita,” tegas Nathalia.

Melalui proses diskusi yang panjang, Forum Pemuda Adat Internasional ini akhirnya telah menyepakati sebuah seruan dari pemuda adat global. Seruan itu mereka tujukan kepada para pemimpin dunia untuk menjaga iklim global yang tercatat dalam Deklarasi Sira.

Deklarasi ini mencakup poin-poin tuntutan global yang merefleksikan tantangan yang sama-sama masyarakat adat hadapi. Khususnya di Cekungan Kongo, Amazon, Borneo, dan Tanah Papua.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top