Dua Pemuda Asal Papua Siap Tuntut Keadilan Iklim di Forum Dunia

Reading time: 2 menit
Dua pemuda asal Papua siap tuntut keadilan iklim di forum dunia. Foto: Istimewa
Dua pemuda asal Papua siap tuntut keadilan iklim di forum dunia. Foto: Istimewa

Jakarta (Greeners) – Dua pemuda asal Papua, Iqbal Kaplele (25) dan Vanessa Reba (24), akan mewakili Indonesia dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP30) yang akan berlangsung di BelΓ©m, Brasil, pada November 2025. Keduanya akan menuntut keadilan iklim dan menyuarakan hak-hak generasi muda yang semakin terdampak oleh krisis iklim.

Menurut Iqbal, generasi muda adalah kelompok yang paling terdampak oleh krisis iklim. Namun, ironisnya paling jarang terlibat dalam percakapan dan pengambilan keputusan. Maka dari itu, ia berpartisipasi dalam forum dunia ini untuk bersuara.

Saat ini, Iqbal dan Vanessa tergabung dalam 23 pemuda Indonesia yang menyusun Deklarasi Pemuda Global untuk Keadilan Iklim. Deklarasi ini merupakan bagian dari inisiatif organisasi asal Kolombia, Life of Pachamama, dan melibatkan ratusan orang muda dari berbagai negara.

BACA JUGA: Rayakan Sumpah Pemuda, Ribuan Pemuda Ikut Aksi Jaga Iklim

Deklarasi tersebut akan mereka sampaikan dalam forum resmi COP30. Isinya menegaskan bahwa generasi muda tidak boleh hanya diposisikan sebagai penerima kebijakan. Namun, harus menjadi aktor kunci dalam menghadapi krisis iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, serta dalam memperjuangkan keadilan lingkungan.

Vanessa menyampaikan harapannya agar suara orang muda mendapat pengakuan, khususnya dari kelompok yang terpinggirkan secara geografis dan struktural. Ia juga berharap mereka mendapatkan ruang dalam pengambilan keputusan global.

“Keterlibatan ini menjadi tonggak penting dalam perjalanan saya sebagai advokat muda adat yang berkomitmen membawa perubahan dari akar, membangun masa depan yang adil dan berkelanjutan bagi generasi mendatang,” ujar Vanessa lewat keterangan tertulisnya.

Dua pemuda asal Papua siap tuntut keadilan iklim di forum dunia. Foto: Istimewa

Dua pemuda asal Papua siap tuntut keadilan iklim di forum dunia. Foto: Istimewa

Bawa Cerita dari Papua

Vanessa dan Iqbal juga akan membawa cerita dari tanah yang tak hanya kaya sumber daya, tapi juga luka. Papua kini perlahan terkikis oleh ekspansi tambang dan perkebunan. Namun, dari tanah yang tergerus, suara mereka justru tumbuh paling kuat.

β€œSebagai orang asli Papua, saya selalu merasa memiliki ikatan kuat dengan akar budaya saya dan tanggung jawab besar untuk berkontribusi bagi komunitas saya,” ujar Vanessa.

Sebagai pemuda adat, Iqbal menyoroti masih terbatasnya ruang formal bagi suara orang muda dalam kebijakan iklim di Indonesia. Menurutnya, belum ada wadah yang benar-benar memberikan tempat yang layak bagi partisipasi mereka. Ia merasakan bahwa tantangan terbesar yang ia hadapi adalah sempitnya ruang berpartisipasi orang muda dalam pengambilan keputusan iklim.

BACA JUGA: Aksi Muda Jaga Iklim Kembali Bangun Semangat Atasi Krisis Iklim

“Meski ada mekanisme seperti Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) dan Forum Anak Indonesia, keduanya belum efektif. Perlu evaluasi agar benar-benar melibatkan suara pemuda dalam kebijakan, termasuk iklim,” katanya.

Ia juga percaya bahwa keterlibatannya dalam deklarasi global ini mempunyai makna besar bagi komunitas lokal dan wilayah adatnya. Terutama, tanah Papua yang termasuk benteng terakhir pertahanan iklim dunia setelah rusaknya sebagian besar Hutan Amazon. Selain itu, Papua juga menjadi benteng terakhir bagi Indonesia melawan laju krisis iklim global setelah rusaknya hutan Sumatra dan Kalimantan.

Pada saat COP30 nanti, Iqbal akan membawa tiga isu besar dari Indonesia dalam deklarasi, yaitu hak masyarakat adat, deforestasi, dan pertambangan. Tak sendirian, ia bersama Vanessa dan rekan-rekannya juga akan menuntut ruang hak dan keadilan agar dunia bisa melibatkan anak muda untuk merumuskan masa depan yang berkelanjutan.

 

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top