Ini Alasan Suhu Panas Pakistan Tidak Terjadi di Indonesia

Reading time: 2 menit
Ilustrasi: Ist.

Jakarta (Greeners) – Setelah India, diketahui kini cuaca ekstrim dengan suhu panas yang mencapai 47 derajat Celcius melanda Pakistan. Hingga saat ini diketahui sebanyak 1.011 orang tewas dari total 40.000 korban suhu panas yang melanda Pakistan, terutama di kawasan selatan, Provinsi Sindh. Dari total korban tewas itu, sedikitnya 229 orang dilaporkan tewas sepanjang Rabu (24/6) lalu saat berada dalam perawatan di rumah sakit.

Mengenai fenomena cuaca ekstrim ini, Kepala Balitbang Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Edvin Aldrian mengatakan bahwa suhu panas yang saat ini perlahan mulai membaik di Pakistan tidak akan berdampak apa-apa terhadap Indonesia. Pasalnya, Indonesia adalah negara tropis yang dikelilingi oleh laut sehingga memiliki uap air yang cukup tinggi. Uap air ini sendiri berfungsi sebagai bantalan penyerap panas.

“Saat siang hari saja uap air kita bisa mencapai 70 persen dan uap air tersebut mampu menyerap panas sehingga di kota-kota besar saja suhu panas tertinggi paling mencapai 36 atau 37 derajat. Itu saja sudah maksimal,” jelasnya kepada Greeners,” Jakarta, Senin (29/06/2015).

Selain itu, sirkulasi udara di Indonesia berbeda antara negara tropis seperti Indonesia dengan negara sub-tropis seperti Pakistan. Ditambah Pakistan mengalami gelombang Rossby yang tidak terjadi di Indonesia. Apalagi, negara seperti Pakistan bisa mengalami udara yang sangat kering sehingga menyebabkan suhu panas yang naik tinggi sekali.

“Jadi alasannya dua itu: banyak uap air yang menjadi bantalan di Indonesia dan sirkulasi udaranya berbeda,” tambahnya.

Terkait aktifitas gunung Sinabung di Sumatera yang juga diklaim sebagai pulau terpanas di Indonesia, Edvin mengungkapkan bahwa aktifitas gunung api tersebut masih belum berdampak apa-apa terhadap cuaca di pulau Sumatera karena radius letusan gunung tersebut tidak terlalu jauh.

“Gunung Sinabung tidak berpengaruh apa-apa dengan suhu di Sumatera, itu kan hanya radius berapa kilo saja,” ungkapnya.

Sebagai informasi, seperti dikutip dari surat kabar berbahasa Inggris, Dawn, Kamis (25/06) lalu, korban tewas terbanyak terjadi di Karachi, yaitu berjumlah 950 orang. Dari total korban tewas di Karachi, 729 orang tewas saat dirawat di rumah sakit pemerintah dan 221 orang di rumah sakit swasta. Selain di Karachi, korban tewas di wilayah Hyderabad, Naushahro Feroze, dan Badin yang merupakan kawasan setingkat kabupaten di Provinsi Sindh, bagian selatan Pakistan.

Lebih lanjut, kantor Meteorologi Pakistan menyebutkan, temperatur udara maksimum sepanjang Kamis diharapkan antara 38 derajat Celsius dan 40 derajat Celsius. Sepanjang Rabu (24/06), kawasan Hyderabad tercatat mengalami suhu tertinggi hingga 42 derajat Celsius.

Penulis: Danny Kosasih

Top