Tiga Pulau di Kepulauan Seribu Tercemar Mikroplastik

Reading time: 2 menit
Manajer Divisi Edukasi Ecoton Alaika Rahmatullah mengambil sampel mikroplastik di Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu. Foto: Dini Jembar Wardani
Manajer Divisi Edukasi Ecoton Alaika Rahmatullah mengambil sampel mikroplastik di Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu. Foto: Dini Jembar Wardani

Jakarta (Greeners) – Ecological Observation and Wetland Conservation (Ecoton) baru-baru ini menguji sampel mikroplastik di tiga pulau terdekat dari Jakarta. Di antaranya Pulau Untung Jawa, Pulau Onrust, dan Pulau Cipir yang terletak di Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Hasil pengujian menunjukkan bahwa mikroplastik tidak hanya ada di perairan sekitar pulau. Mikroplastik juga menempel pada permukaan daun tanaman hingga swab kulit masyarakat setempat.

Hasil penelitian di Untung Jawa menunjukkan adanya 72 partikel mikroplastik per 10 liter air. Kemudian, 21 partikel di kulit warga, 30 partikel di kulit petugas kebersihan, dan 13 partikel di permukaan daun. Di Pulau Onrust, jumlahnya lebih sedikit, yaitu 35 partikel di air, 19 partikel di kulit warga, dan 7 partikel di permukaan daun. Di Pulau Cipir, tercatat 44 partikel mikroplastik per 10 liter air, 25 partikel di kulit warga, dan 17 partikel di permukaan daun.

Kepala Laboratorium Ecoton, Rafika Aprilianti, menyebutkan bahwa temuan di Kepulauan Seribu tersebut menunjukkan pencemaran plastik telah menyebar luas hingga ke lingkungan pesisir dan kehidupan manusia.

BACA JUGA: Presiden Lepas Empat Elang Bondol di Kepulauan Seribu

β€œTemuan mikroplastik dalam bentuk fiber dari kain, film dari plastik tipis lentur, fragmen dari plastik keras, serta foam dari styrofoam dan busa sintetis mengindikasikan berbagai sumber pencemaran, baik dari limbah domestik, aktivitas wisata, maupun pembakaran sampah,” kata Rafika di Jakarta, Sabtu (22/2).

Ia menambahkan, mikroplastik yang menempel pada kulit manusia menjadi bukti bahwa paparan terhadap polutan ini tidak hanya terjadi melalui makanan dan minuman, melainkan juga kontak langsung dengan lingkungan.

Keberadaan mikroplastik di ekosistem pesisir, kata Rafika, berisiko bagi kesehatan masyarakat dan kehidupan laut. Sebab, partikel-partikel kecil ini dapat masuk ke dalam rantai makanan dan berpotensi membawa bahan kimia berbahaya.

Pengambilan sampel mikroplastik di kulit warga Pulau Onrust, Kepulauan Seribu. Foto: Dini Jembar Wardani

Pengambilan sampel mikroplastik di kulit warga Pulau Onrust, Kepulauan Seribu. Foto: Dini Jembar Wardani

Mikroplastik Meningkat

Kepala Sub Kelompok Pemantauan Kualitas Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Rahmawati, mengungkapkan adanya peningkatan jumlah mikroplastik di perairan Jakarta setiap tahunnya.

Ia menjelaskan, pemantauan kelimpahan mikroplastik ini berlangsung sejak 2022. Hal itu berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 322 Tahun 2022 tentang Tim Penelitian, Pengawasan dan Penegakan Hukum Dalam Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Mutu Air dan Mutu Laut.

“Penelitian ini berlangsung di dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan, dan memang terlihat ada peningkatan jumlah mikroplastik di tiap tahunnya,” ujar Rahmawati.

BACA JUGA: Sanofi Tanam 1.000 Mangrove di Kepulauan Seribu

Oleh karena itu, lanjutnya, saat ini perlu buku mutu mikroplastik. Sebab, partikel ini telah ditemukan di seluruh komponen ekosistem. Tanpa regulasi yang jelas, risiko pencemaran dan paparan mikroplastik akan terus meningkat.

Manajer Divisi Edukasi Ecoton, Alaika Rahmatullah, juga menekankan pentingnya tindakan segera dari pemerintah, industri, dan masyarakat. Upaya mitigasi yang dapat dilakukan antara lain mempercepat penerapan kebijakan pengurangan plastik dan memperluas larangan plastik sekali pakai. Kemudian, merancang kebijakan transisi ke sistem kemasan guna ulang sebagai solusi berkelanjutan.

Penulis: Dini Jembar Wardani

Editor: Indiana Malia

Top