I AM ECCU, Terapkan Konsep Mode Berkelanjutan

Reading time: 3 menit
I AM ECCU menggunakan bahan dan kemasan yang ramah lingkungan. Foto: @i.am.eccu

Jakarta (Greeners) – Trend mode pakaian sangat bervariasi dan sangat cepat berganti. Saat ini, pakaian tidak hanya menjadi pelindung tubuh saja, ia terlihat lebih banyak sebagai representasi diri dan mode. Hal itu tidak sepenuhnya salah, namun ada baiknya kita tidak melupakan esensi dan fungsi utama dari pakaian itu sendiri.

Clarissa Octavia, meyakini tren berpakaian saat ini tidak sebanding dengan dampak yang akan alam terima. Karena masih banyak pihak yang menggunakan bahan yang tidak ramah lingkungan untuk produk-produk mereka. Melihat ancaman tersebut, Clarissa menciptakan merek I AM ECCU pada tahun 2018.

Perempuan lulusan Desain Interior yang suka menjahit ini mengatakan, tujuannya menciptakan brand tersebut untuk memberikan opsi bagi konsumen sebelum berbelanja pakaian. Ia berharap bisa memberikan pengetahuan bagi masyarakat bahwa dengan opsi yang tepat, manusia dapat meminimalisir dampak yang akan terjadi pada alam.

“Aku tuh pengen bantu perempuan-perempuan tuh untuk bisa mengetahui lebih banyak kayak oh ternyata ada yang lebih baik dari yang lain,” ucap Clarissa kepada Greeners, pada Kamis (05/08/2021).

Mengenal I AM ECCU Lebih Jauh

I AM ECCU merupakan brand pakaian yang berasal dari Kota Kembang, Bandung. Clarissa menjelaskan kata ECCU merupakan singkatan dari Eco Friendly Conscious. Dengan kata lain arti dari I AM ECCU merupakan I am Eco Friendly Conscious atau saya secara sadar telah ramah lingkungan.

Alasannya sederhana, selain ingin mengenalkan bahwa produknya ramah dengan lingkungan. Clarissa ingin nama tersebut menjadi mantra dan sebagai reminder kepada konsumen.

“Karena aku pengen ngebranding juga kan, lalu tujuannya sih pengen kalau orang pakai itu (I AM ECCU) mereka jadi ngerasa oh aku tuh bagian dari community ini gitu loh kayak oh eco friendly conscious aku tuh sadar sama lingkungan gitu,” jelas Clarissa.

Sejak awal berdiri hingga saat ini, I AM ECCU memiliki beberapa produk khusus wanita. Pada produk atasannya terdapat baju, tanktop, dan dress. Selain itu terdapat celana kulot dan beberapa aksesoris, seperti tote bag, handbag, scrunchy, masker dan pouch. Clarissa menyebut hanya memproduksi paling banyak 3 lusin untuk satu model pakaian.

Produk aksesoris I AM ECCU, tote bag, scrunchy, dan pouch. Foto: @i.am.eccu

Dari Bahan Hingga Packaging yang Ramah Lingkungan

Pada proses produksinya, bahan utama yang I AM ECCU gunakan adalah kain linen. Linen merupakan bahan yang ramah lingkungan, lebih awet dan tentunya sangat nyaman dikenakan oleh penggunanya.

“Aku mencoba untuk memberikan value gitu lewat konten-konten, karena kan si linen itu durability nya bagus kan. Jadi dia akan tahan lama gitu kalau dibandingkan dengan baju yang lain, 5 tahun masih oke, nah artinya ini kan baguslah kalau buat investasi,” katanya.

Clarissa juga menambahkan, sebisa mungkin ia tidak membuang kain yang tersisa dari proses produksinya agar meminimalisir sampah yang dihasilkan. Kain sisa tersebut ia produksi kembali menjadi produk yang lebih kecil seperti scrunchy atau pouch.

Selain menggunakan kain linen, I AM ECCU juga berusaha untuk menjaga lingkungan dari segi pengemasan produk. Clarissa mengatakan, ia hanya menggunakan box dari kardus dan memakai plastik berbahan singkong yang dapat terurai dengan cepat.

Produk dan label I AM ECCU. Foto: @i.am.eccu

I AM ECCU dan Perkembangan Fesyen Berkelanjutan di Indonesia

Melihat perkembangan fesyen berkelanjutan di Indonesia pada saat ini, Clarissa menilai tidak sedikit masyarakat yang sudah paham dan beralih kepada produk-produk berkelanjutan.

“Mereka suka kasih testimoni dan banyaknya mereka senang. Beberapa kayaknya mereka memilih I am eccu karena memang produknya sustainable,” tuturnya.

Namun, ia juga menekankan perlu adanya gerakan yang lebih jauh dari produsen maupun konsumen itu sendiri. Ia juga berharap masyarakat sudah harus memilih pakaian yang tidak hanya nyaman untuk manusia tetapi juga aman untuk alam.

“Memilih brand sustainable tuh emang kewajiban bukan pilihan lagi karena kedepannya harus lebih banyak dan lebih baik,” ujarnya.

Penulis : Zahra Shafira

 

 

Top